Kendala Kabut Rendah atau Mesin Bermasalah
Ground fog, kondisi berkabut di bawah ketinggian 1.000 kaki dari permukaan tanah, yang terjadi Rabu (20/5) pagi di sekitar Pangkalan Udara Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur, diduga telah membuat jarak pandang pilot Hercules C-130/A-1325, Mayor (Pnb) Danu, terbatas sehingga kecelakaan terjadi.
Kemungkinan kedua adalah mesin pesawat yang bermasalah sehingga pilot berusaha mendarat darurat. Demikian dikemukakan Kepala Dinas Operasi Lanud Iswahjudi Kolonel Nanang Santoso dan Komandan Lanud TNI AU Iswahjudi Marsekal Pertama Bambang Samoedro di tempat terpisah, Jumat di Kantor Lanud Iswahjudi.
”Analisis-analisis ini hanya analisis awal. Harus ada data pendukung lain untuk menguak kecelakaan pesawat itu,” ujar Bambang Samoedro.
Nanang mengibaratkan kabut yang terjadi itu seperti asap hasil pembakaran yang menutupi jarak pandang pengguna jalan di ruas jalan tol yang sangat mengganggu.
Kontak terakhir dengan pilot Danu dari tower Lanud Iswahjudi terjadi saat pesawat berada di ketinggian 1.000 kaki (305 meter) pukul 06.27.
Setelah itu, ketika tower berusaha menghubungi kembali pesawat Hercules, tidak ada jawaban sampai akhirnya pesawat diketahui jatuh di Desa Geplak. Sebelum kontak terakhir itu, tidak ada keluhan dari pilot terkait dengan pesawatnya.
Nanang menduga, ketika pilot mengetahui tempatnya mendarat bukan landasan Lanud Iswahjudi, ia mencoba meninggikan lagi pesawatnya. Hal ini berhasil, tetapi tidak maksimal karena sayap patah dan bagian pesawat lain rusak terkena pepohonan di wilayah RT 03 RW 02 Geplak. Akibatnya, pesawat jatuh di lokasi sekitar 700 meter dari RT 03 RW 02 Geplak.
Di wilayah RT 03 RW 02 Geplak, selain terlihat pohon-pohon jati dan randu terpotong bagian atasnya, juga ditemukan banyak material dari pesawat. Salah satunya bagian sayap dari pesawat yang berada di atap rumah Samsudin.
Menyangkut kemungkinan mesin pesawat bermasalah, Bambang Samoedro menduga, pada saat tahu lokasi tempat mendarat adalah perumahan warga, pilot mencoba menaikkan lagi pesawatnya. Ketika itu dilakukan, sayap sudah patah dan bagian pesawat lain rusak karena terkena pepohonan sehingga akhirnya pesawat jatuh.
Loncatan ini bisa terlihat dari tidak adanya pohon yang terpotong pada bagian atas atau rumah yang gentengnya rusak dari jarak antara pohon yang terpotong dan lokasi pesawat jatuh.
Penguakan kecelakaan tersebut sendiri kini diserahkan sepenuhnya kepada Panitia Penyidik Kecelakaan Pesawat Udara (PPKPU). PPKPU akan mengecek lokasi kecelakaan pada 21-23 Mei 2009.
Kepala Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU Marsekal Pertama I Wayan Suwitra menjelaskan, pesawat Hercules tersebut tidak memiliki kotak hitam (black box) seperti halnya pesawat komersial. Meskipun demikian, ada cara lain untuk mengungkap penyebab kecelakaan.
Menurut Suwitra, ada lima hal yang akan diselidiki, yaitu faktor manusia, material pesawat, misi penerbangan, media terbang, dan manajemen penerbangan Hercules.
(Kompas.com)