Banyak yang bilang, kawasan Puncak Bogor sudah tidak alami lagi dan sudah tak seindah dulu. Mungkin ini pengaruh dari modernisasi yang merambah kawasan sejuk tersebut. Banyaknya pembangunan yang tidak sesuai peruntukan, kemacetan di mana-mana, banyak warung pinggir jalan yang mengganggu pemandangan, setidaknya membuat orang sedikit mengelus dada. Kawasan puncak jadi tak seindah dulu. Namun meskipun demikian, kawasan puncak tetap menjadi primadona, khususnya warga Ibu Kota, untuk berlibur.
Jika bosan dengan suasana kawasan Puncak yang identik dengan perkebunan teh dan ingin merasakan suasana yang hampir sama dan lokasinya masih di kabupaten bogor, ada satu lagi perkebunan teh yang terletak di barat daya Kabupaten Bogor, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukabumi, yang tak kalah indah dengan kawasan Puncak, yaitu perkebunan teh Cianten.
Perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN VIII ini terletak di Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kab Bogor, sekitar 60 km dari kota Bogor ke arah barat yang bisa memakan waktu tempuh 3-4 jam dari pusat kota. Jika ingin mencoba berwisata agro ke daerah ini disarankan membawa kendaraan pribadi (motor atau mobil) untuk memudahkan transportasi dan menanggulangi sulitnya kendaraan umum menuju lokasi. Dari bogor, kita bisa mengarahkan kendaraan ke arah Leuwiliang/Jasinga. Sebelum tiba di Pasar Leuwiliang, di pertigaan Karacak, belok kiri dan mengikuti jalan ke arah PLTA Karacak. Dari pertigaan ini hingga Desa Puraseda kita tetap masih menikmati kenyamanan berkendara karena jalan mulus berhotmix akan menemani selama perjalanan. Namun selepas itu, jalanan akan mulai tidak mulus. Jalan aspal yang tadinya mulus, karena musim hujan mulai rusak namun masih layak dilalui kendaraan.
Sepanjang jalur ini jangan harap kita akan menemukan toko dan restoran seperti halnya di kawasan Puncak. Namun, mengenai pemandangan sepanjang jalan, treknya tak kalah menarik daripada Puncak karena kanan-kiri jalan disuguhi pemandangan perbukitan dan sesekali memasuki hutan lebat yang masih perawan. Tapi santai saja, di jalur ini kita tidak akan menemukan kemacetan seperti halnya di Puncak. Bagaimana mau macet, perkampungan saja masih jarang.
Sebelum memutuskan berwisata ke tempat ini, pastikan kendaraan dalam kondisi prima karena akan sulit menemui bengkel ketika memasuki jalur Cianten. Pastikan juga ban kendaraan Anda bagus dan layak pakai, karena tidak akan ditemui tukang tambal ban sepanjang jalan. Jangan lupa pula, pastikan tangki bensin terisi full, dikhawatirkan habis di tengah jalan. Sebab, di jalur ini kita tidak akan menemui pompa bensin, yang ada hanya tukang bensin eceran, itu pun masih terbilang jarang karena jalanan didominasi hutan dan perbukitan. Namun itulah seninya perjalanan ke daerah ini, terutama bagi orang yang suka perpetualang.
Segala rintangan selama perjalanan akan terbayar lunas setelah masuk kawasan perkebunan teh Cianten. Pemandangan indah, hamparan kebun teh yang menghijau, masih alaminya suasana, seolah menghapus “duka” selama perjalanan. Seperti halnya perkebunan lain yang dikelola oleh PTPN, di kawasan dengan luas sekitar 675 hentare ini juga terdapat gudang penyimpanan teh, kantor pengelola, mesjid, gedung pengolah teh, dan fasilitas standar perkebunan teh lainnya. Namun, fasiltas umum seperti WC umum, villa, mess, dan sebagainya masih tidak terlihat di kawasan ini.
Apa bagusnya Cianten daripada puncak? Bisa dibilang, kawasan Cianten ini merupakan kombinasi antara perkebunan teh dan hutan lindung. Sepanjang mata memandang, hamparan luas perkebunan teh dikelilingi hutan lindung Taman Nasional Halimun-Salak. Di sini juga kita akan menemukan semacam wisata budaya. Penduduk di sekitar perkebunan masih belum begitu terpengaruh budaya kota, sehingga kehidupan sehari-harinya sebagian masih berjalan secara tradisional. Kearifan penduduk lokal dan keseriusan pengelola mengurus perkebunan ini menjadikan tempat ini memiliki daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.
Dari kawasan perkebunan teh Cianten ini, kita tinggal memutuskan apakah akan langsung pulang atau melanjutkan perjalanan mengikuti trek yang ada. Jika melanjutkan perjalanan, kita akan sampai di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Sukabumi, atau bahkan bisa langsung tembus ke arah Pelabuhan Ratu dengan memakan waktu sekitar 1-2 jam perjalanan lagi. Sumber meongcongkok.wordpress.com