Hujan deras dan angin kencang yang terjadi kemarin, mengundang perhatian sejumlah warga. Bagaimana tidak, hujan yang terjadi sekitar pukul 16.00 itu juga disertai turunnya hujan batu es.
Seperti yang diungkapkan Rahman (28). Warga Kecamatan Bogor Barat ini cukup kaget saat mendengar bunyi seperti ketukan di atas atap rumahnya.“Saya kira bunyi apa dia atas atap. Seperti ada yang jatuh.
Setelah saya cek ke luar, ternyata hujan batu es yang turun. Ini fenomena yang jarang terjadi di Bogor,” ungkapnya.
Yang menghebohkan lagi, batu es yang turun bersama hujan juga acap dianggap sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Misalnya batuk dan berbagai penyakit lainnya.
Hal tersebut memang dibenarkan Terapis pengobatan alternatif, Tubagus Abima. Menurut dia, penggunaan batu es yang turun dari langit bisa juga untuk mengobati panas dalam.
“Tapi itu tergantung yang minumnya. Karena sebenarnya lebih kepada kepercayaan. Jadi kalau mau percaya silahan, tidak juga tak apa-apa,” tuturnya.
Dokter Umum Rumah Sakit PMI, dr Sylvia Gunawan memilih tak berpendapat. “Saya belum pernah dengar ada khasiat dari hujan batu es jadi saya tidak bisa memberikan keterangan,” ujarnya.
Hujan es, dalam ilmu meteorologi disebut juga hail, yakni presipitasi yang terdiri dari bola-bola es. Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap air lewat dingin di atmosfer pada lapisan di atas freezing level. Es yang terjadi dengan proses ini biasanya berukuran besar. Karena ukurannya, walaupun telah turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat tidak semuanya mencair. Hujan es tidak hanya terjadi di negara sub-tropis, tapi bisa juga terjadi di daerah ekuator.
Proses lain yang dapat menyebabkan hujan adalah riming, dimana uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih-benih es. Karena terjadi pengembunan yang mendadak maka terjadilah es dengan ukuran yang besar.
Hujan es disertai puting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis (CB) dekat dengan permukaan bumi, dapat juga berasal dari multi sel awan, dan pertumbuhannya secara vertikal dengan luasan area horizontalnya sekitar 3–5 km. Kejadiannya singkat, berkisar 3-5 menit atau bisa juga 10 menit, meski jarang.
Jadi wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat lokal dan tidak merata, jenis awan berlapis lapis ini menjulang ke arah vertikal sampai dengan ketinggian lebih dari 30.000 kaki. Jenis awan berlapis-lapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut Awan Cumulo Nimbus (CB).
Hujan es sebenarnya sulit terjadi walau di beberapa daerah Indonesia juga pernah mengalami. Untuk bisa terwujud hujan es harus ditunjang kondisi yang tepat.
Pertama, hadirnya awan kumulonimbus, lalu adanya arus udara atas dan bawah yang kuat yang membekukan air hujan di puncak awan.
Bila air hujan telah beku di puncak kemudian menurunkannya ke tempat yang lebih hangat untuk menghimpun kelembapan sebelum siklus berulang.
Semakin sering hal ini terjadi, semakin besar ukuran batu es dan tentu semakin besar butiran atau gumpalan es makin berbahaya bagi penduduk. Hujan es sebesar bola bisbol pernah terjadi di Kansas pada Mei 2007. Sebagian besar hujan es terjadi di daerah lintang 30-60 derajat dari garis Khatulistiwa. Di dataran yang anginnya bertiup dari jajaran pegunungan besar.
Hujan es intens bisa terjadi setiap kali udara hangat dan lembab tertolak ke tempat yang amat tinggi, bahkan di dekat Khatulistiwa. Kericho, kawasan kebun teh setinggi 2.175 meter di atas permukaan laut di negara Kenya Afrika, bisa jadi lebih sering diterpa hujan es berhari-hari dibandingkan tempat lain.
Pada 2009 ada terjadi 306 badai es destruktif di 16 negara bagian merusak hasil panen dan bangunan senilai lebih dari lima triliun di AS. Para ahli khawatir, musim panas yang lebih hangat dan lembab akan mengakibatkan jumlah itu terus membengkak. (mia/net)
sumber : radar-bogor.co.id