BOGOR-Pembangunan jembatan Cisadane Jalan Abdullah bin Muhammad Nuh diperkirakan mengalami keterlambatan dari jadwal semula, yakni selesai pada Desember mendatang.
Padahal, pengerjaan konstruksi bangunan yang menelan anggaran Rp20 miliar itu, telah dimulai pada Maret lalu dan baru memasuki kondisi sekitar 50 persen. Namun, menjelang dua bulan memasuki tenggat waktu, pengerjaan masih sebatas pada pengecoran konstruksi jembatan saja.
Berdasarkan pantauan Radar Bogor kemarin, jembatan sepanjang satu kilometer dan lebar mencapai lebih dari 100 meter itu sedang dalam proses perampungan oleh pekerja bangunan. Sedikitnya, sebanyak tiga eskavator tampak melakukan pemerataan tanah yang bertujuan memudahkan pembangunan fondasi jembatan.
Hal ini dikhawatirkan oleh sejumlah warga yang biasa melintasi Jalan Abdullah bin Muhammad Nuh. “Pengerjaan jembatan sering menimbulkan kemacetan, terutama jika akhir pekan jalur pasti ditutup satu arah karena truk selalu membuang muatan di jalan,” keluh Ema Ratnasari (23), warga Kelurahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat kepada Radar Bogor, kemarin.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Proyek, Deni menjelaskan, kendala yang dihadapi dalam pengerjaan jalan ada pada kontur tanah yang labil sehingga menghambat proses pengerjaan jembatan. Meski begitu, di beberapa titik sudah terlihat jalan utama walaupun belum selesai sepenuhnya.
“Kendala lain yang dihadapi ada pada kondisi cuaca. Meski sekarang jarang turun hujan, namun tetap saja tidak kondisi tanah labil membuat kami mengambil tanah dari luar agar permukaannya menjadi padat dan keras,” katanya.
Deni tetap optimis jika proyek dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) itu selesai tepat waktu. Agar pekerjaan bisa berjalan dengan lancar, pembangunan dikebut siang malam selama 24 jam.
“Kalau siang kan terganggu dengan arus kendaraan yang selalu melintas sehingga pekerjaan agak tersendat. Namun sebaliknya, jika malam tiba jalan ditutup agar tidak mengganggu proses pengerjaan,” tukasnya.
Terpisah, Pemerhati Konstruksi dan Pembangunan, Thoriq Nasution mengatakan, banyak proyek milik beberapa SKPD yang berjalan lambat disebabkan beberapa faktor.
Antara lain, faktor cuaca dan juga harga bahan baku yang tidak sesuai anggaran. Selain itu, lelang tender yang tidak berjalan sesuai jadwal karena terkadang selalu diwarnai kepentingan tertentu.
“Hal itulah yang kemudian menyebabkan pembangunan terhambat. Sehingga, pemerintah harus merevisi ulang anggaran yang dipakai untuk tahun depan,” pungkasnya. (rur)
sumber : radar-bogor.co.id