Sekitar 120 situs peninggalan sejarah dan prasejarah (purbakala) yang ada di Kabupaten Bogor belum tergali secara optimal sebagai wisata budaya. Akibatnya, keberadaannya kurang terkenal dan membanggakan padahal nilainya sangat berharga dan sangat dihargai di negara lain.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor, Rudy Gunawan di sela-sela Bebersih dan Sarasehan yang digelar di Situs Megalitikum Cibalay atau yang lebih dikenal sebagai Situs Salaka (Arca) Domas Tenjolaya, Kampung Cibalay, Desa Tapos 1, Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Minggu (29/1).
Menurut dia, 120 situs yang ada di wilayah Kabupaten Bogor itu letaknya tersebar di sejumlah kecamatan yang ada, seperti Cibungbulang, Tenjolaya, Cariu, dan Cigombong.
Diakui Rudy, ke-120 situs yang sangat berharga itu sampai sekarang belum bisa dikelola dengan baik sehingga belum bisa menjadi wisata budaya. “Bisa dilihat dan dirasakan sendiri, akses jalan menuju lokasi situs itu kebanyakan sangat buruk sehingga agak sulit dijangkau oleh wisatawan,” kata Rudy.
Hal itu pula yang menyebabkan situs berharga yang menjadi incaran penelitian orang luar negeri dan peneliti budaya/sejarah kita belum menjadi kebanggaan.
Dikatakan Rudy, tahun ini misalnya, pihaknya baru bisa fokus pada peningkatan kegiatan pemeliharaan situs. Meski tidak disebutkan secara jelas anggaran yang digunakan untuk kegiatan ini. “Yang penting fokus kita sekarang adalah memberi identitas pada sejumlah situs, termasuk papan penunjuk supaya lebih dikenal,” katanya.
Wakil Bupati Bogor, Karyawan Fathurahman yang hadir dalam kegiatan menjanjikan akan memperbaiki sedikit demi sedikit akses jalan menuju lokasi situs yang ada di wilayah Kabupaten Bogor.
“Kebutuhan utama untuk situs-situs yang ada di wilayah Kabupaten Bogor lebih pada akses jalan yang baik menuju lokasi. Oleh karena itu, kota akan masukkan ini ke dalam APBD kita sehingga lokasi situs yang banyak di Kabupaten Bogor bisa menjadi wisata budaya,” katanya.
Sementara itu, Kasi Pelestarian Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang, Zakaria Kasimin mengatakan pelestarian dan pameliharaan situs seharusnya tidak mengandalkan BP3.
“Pemerintah daerah harusnya juga mmberikan perhatian, jangan tergantung dan menunggu kita,” kata Zakaria.
Khusus untuk Situs Cibalay ini, dikatakan Zakaria cukup terawat karena berada di kawasan hutan lindung. Potensi yang besar ini, lanjut dia seharusnya bisa menjadi kawasan wisata budaya dan bukan hanya menjadi tumpukan batu semata.
Situs ini sendiri ditemukan sejak tahun 1989 lalu dan sampai saat ini belum ada penelitian yang optimal terkait keberadaan situs yang kemungkinan masih berhubungan dengan Situs Gunung Padang di Cianjur.
Akibatnya, dari sekitar luas kawasan yang diperkirakan mencapai tiga hingga lima hektare ini baru sekitar 1/2 hektare yang bisa digali dan terpelihara. “Diperkirakan masih banyak peninggalan zaman Megalitikum di sini yang belum tergali karena masih terkubur,” ucap Zakaria.
Kondisi situs memang masih terawat dan dalam kondisi baik. Hanya saja, akses jalan menuju lokasi sangat buruk. Meski diakui warga sekitar ada banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang mendatangi situs tersebut, saat musim hujan, akses jalan sangat sulit dilalui. Pengunjung hanya bisa memarkir kendaraannya sekitar 2 kilometer dari lokasi situs.
Kondisi jalannya pun sangat buruk, sebagian dari susunan batu, sebagian lagi jalan setapak mirip pematang sawah. Saat musim kemarau, trek yang naik turun tidak begitu masalah bagi pengunjung. Namun, saat musim hujan, trek menjadi becek, licin dan berbahaya, nyaris tidak bisa dilalui.
Kondisi yang sama juga terjadi di beberapa situs yang ada di wilayah Kabupaten Bogor, seperti Ciaruteun, Pasir Angin dan lain-lain. Padahal, peninggalan purbakala ini merupakan kekayaan yang sangat berharga dan harus dikenal oleh generasi di masa sekarang dan masa depan.
sumber : Pikiran Rakyat, Bogor Barat Online