SUMEDANG, -Rencana pembangunan Museum Jatigede Sumedang (MJS) di daerah sekitar genangan Waduk Jatigede, hingga kini masih dalam proses perencanaan maupun pembahasan.
Proses tersebut dilakukan oleh Direktorat Kepurbakalaan, Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah dan Nilai Tradisional (BPKSNT) Jabar serta Satuan Kerja (Satker) projek Waduk Jatigede, Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
“Jadi rencana pembangunan museumnya sampai sekarang masih dalam proses. Namun, diharapkan tahun 2013 nanti sudah ada penetapan lokasinya,” kata Ketua Museum Prabu Geusan Ulun (MPGU) Yayasan Pangeran Sumedang (YPS), Achmad Wiriaatmadja ketika ditemui di kantornya, Minggu (22/7).
Menurut dia, rencana pembangunan MJS itu, pertama kali digagas oleh dirinya sendiri ketika menjabat Anggota Komisi A DPRD Kab. Sumedang, tahun 1990-an.
Setelah gagasan itu diusulkan kepada beberapa instansi terkait terutama Satker Waduk Jatigede, akhirnya usulannya diterima dan disetujui Satker.
“Bahkan sempat diadakan studi perencanaan pendirian MJS, pada 22 Mei lalu di Hotel Jatinangor. Studi ini menjadi salah satu komitmen Pemprov Jabar dalam penyelamatan potensi budaya dan alam di Jatigede,” kata Achmad.
Rencananya, kata dia, di dalam museum itu akan disimpan berbagai data dan dokumentasi tentang riwayat dan proses perjalanan pembangunan projek Waduk Jatigede. lengkap dengan berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Berbagai data dan dokumentasi itu, dari mulai jumlah penduduk di daerah genangan yang dipindahkan atau direlokasi, permasalahan pembebasan lahan serta penggantian kompensasinya, hingga data puluhan situs yang akan tergenang.
“Jadi, data-data terkait proses perjalanan pembangunan Waduk Jatigede semuanya akan ada di museum tersebut. Sebab, proses pembangunan Waduk Jatigede ini paling lama sedunia. Bayangkan, sampai sekarang sudah berlangsung 49 tahun,” tuturnya.
Lebih jauh Achmad menjelaskan, di dalam museum itu, nantinya akan ada pula data dan dokumentasi puluhan situs yang ada di daerah genangan.
Sebab, dulu di daerah genangan di Kec. Darmaraja merupakan lokasi awal Kerajaan Sumedang Larang. “Ini lah yang membedakan dengan bendungan lainnya, khususnya di Jawa Barat. Seperti halnya, Jatiluhur, Cirata dan Saguling. Sehubungan dulunya bekas lokasi kerajaan, sehingga banyak situs yang sampai sekarang dihormati masyarakat sekitar. Situs ini, di antaranya berupa makam para raja dan leluhur, ” tuturnya.
Ia menyebutkan, di lokasi genangan Waduk Jatigede itu terdapat 94 situs. Puluhan situs itu, di antaranya situs Tanjungsari berupa komplek makam kuno Embah Dalem Santapura bin Betara Sakti, penyebar Agama Islam di Darmaraja. Lokasinya di Dusun Kebontiwu, Desa Cibogo, Kec. Darmaraja. Bahkan di lokasi itu, terdapat sumur kuno Cikahuripan.
Selain itu, situs Astana Gede Cipeueut di Dusun Cipeueut, Desa Cipaku, Kec. Darmaraja, berupa makan Raja Sumedang Larang, Prabu Lembu Agung. Begitu pula situs keramat Aji Putih, terdapat makam Prabu Aji Putih, Ratu Ratna Inten Nawangwulan dan Resi Agung.
“Pembangunan MJS ini, harus berupa kawasan. Nah, di dalam kawasan itu, tak hanya ada museum saja, melainkan ada kampung adat, kebun binatang mini dan kebun tumbuh- tumbuhan langka yang berasal dari daerah genangan. Kawasan itu harus menjadi potensi pariwisata. Makanya ketika saya ditawari lahan dua hektare, saya tolak karena terlalu kecil untuk seukuran kawasan,” kata Achmad. (A-67/A-89)***
Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/196935