KUNINGAN, (PRLM).- Areal sawah dan ladang pertanian di desa-desa sekitar aliran Sungai Cijangkelok wilayah Kec. Cibingbin, Kab. Kuningan, kini sudah mulai kering serta sulit diolah petani untuk ditanami padi maupun tanaman palawija. Di balik itu, Sungai Cijangkelok yang biasa dijadikan andalan pengairan areal sawah dan ladang palawija oleh para petani, saat ini juga sudah mulai surut dan nyaris mengering akibat kemarau.
Menurut sejumlah penduduk di kecamatan sekitar perbatasaan wilayah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah tersebut, wilayah Kec. Cibingbin dan sekitarnya sudah hampir dua bulan penuh tidak terguyur hujan. Namun masih beruntung, menurut para petani, tanaman padi pada areal sawah tersebut tidak ada yang mengalami puso kekeringan.
“Kebetulan, pada saat-saat kemarau tiba, tanaman padi pada areal sawah di sepanjang sungai ini, sudah mendekati usia panen sehingga tidak ada yang sampai mengalami kekeringan dan gagal panen,” ujar seorang petani di Desa dan Kec. Cibingbin Tarjo (61) yang sedang mengairi ladang tanaman palawinya menggunakan mesin pompa air dari Sungai Cijangkelok, Selasa (10/7/12).
Namun, pascapanen padi, areal sawah di desa-desa di Kec. Cibingbin, seperti di antaranya di Desa Sindangjawa, Cibingbin, Citenjo, Dukuhbadag, dan Batarpanjang, sebagian besar kini terancam menganggur karena tidak ada sumber air. Terlebih lagi untuk areal sawah dan lahan darat tanaman pertanian yang jauh dari aliran Sungai Cijangkelok.
Petani penggarap dan pemilik lahan pertanian di desa tersebut, sekarang memang cukup banyak juga yang masih berusaha memanfaatkan lahan keringnya diolah serta ditanami tanaman palawija, seperti jagung dan kacang kedelai. Namun, upaya pemanfaatan lahan kering di musim kemarau, menurut Tarjo dan sejumlah petani lainnya di desa-desa tersebut, memerlukan tenaga dan biaya ekstra khusus untuk memenuhi kebutuhan pengairan lahan tanamannya.
“Untuk memenuhi kebutuhan air tanaman palawijanya, sebagian besar petani di desa-desa sekitar sungai ini, termasuk saya, biasa memanfaatkan air dari sungai ini dipompa menggunakan mesin pompa air seperti ini,” kata Daslam (40) yang sedang merapikan selang penyalur air dari mesin pompa air bersama dua petani lainnya di tepi Sungai Cijangkelok di sekitar perbatasan Desa Cibingbin dan Citenjo.
Sementara itu, areal sawah dan ladang pertanian serta desa-desa di wilayah Kec. Cibingbin sebagian besar berada di daerah dataran rendah bervariasi perbukitan kawasan hutan jati Perhutani. Di wilayah kecamatan yang berbatasan dengan wilayah Kec. Banjarharjo, Kab. Brebes, Jawa Tengah itu, terdapat aliran sungai besar, yaitu Sungai Cijangkelok yang bermuara ke daerah pantai utara melalui Kec. Banjarharjo.
Sungai tersebut, menurut penduduk di desa-desa di wilayah Kec. Cibingbin, memiliki karakter cukup drastis dalam hal perubahan volume dan arus airnya. Kalau datang musim hujan, menurut warga sekitar, volume air sungai tersebut sangat cepat meningkat bahkan sering kali meluap dahsyat.
Sebaliknya, jika di daerah hulu dan sekitarnya tidak terguyur hujan selama satu bulan saja, volume dan aliran air di sungai tersebut langsung menyurut drastis. Berdasarkan pengalaman pada musim-musim kemarau sebelumnya, para petani di desa-desa sekitar sungai tersebut, memperkirakan jika dalam sebulan ke depan tidak ada hujan, sungai tersebut bakal kering kerontang. (A-91/A-108)***
Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/195450