Kawasan wisata Situ Gede di Kecamatan Mangkubumi terlihat sepi, bahkan pada bulan puasa saat ini, ketika beberapa tempat ramai dikunjungi warga dalam ranka ngabuburit. Sepinya minta pengunjung tersebut disinyalir objek wisata Situ Gede kurang menarik karena debit airnya menurun dan mulai terlihat permukaan dasar situ yang mengering. Akibatnya, kegiatan seperti berperahu tidak bisa dilakukan.
Petugas karcis Situ Gede, Dudi Iskandar mengatakan, ketika objek wisata lain dijadikan tempat ngabuburit, pihaknya hanya bisa gigit jari. Tingkat kunjungan semakin menurun. Setidaknya, karcis yang terjual pun hanya tujuh lembar saja. Meski yang datang sepertinya hilir mudik, tapi mereka hanya warga perbatasan yang menjadikan kawasan Situ Gede sebagai perlintasan saja.
“Ya selain itu juga, kebetulan bulan puasa, bertepatan dengan musim kemarau. Sepinya semakin parah dari hari-hari biasa ditambah sekarang debit air sedang menurun. Sepinya setiap hari tidak peduli mau week day bahkan week end sekalipun tetap sepi,”ucapnya ketika ditemui di Situ Gede, Selasa (31/7).
Menurut dia, kondisi tersebut menipiskan pemasukan PAD. Pernah pihaknya mengadakan acara di dalam Situ Gede tapi tetap saja tidak berpengaruh, karena warga yang datang hanya warga sekitar.
“Saat ini,orang-orang lebih tertarik di pusat kota ketimbang ke Situ Gede. Namun, kami berharap, Situ Gede mulai ramai ketika Hari Raya nanti,”ucapnya.
Ia menambahkan sebelumnya, penurunan tersebut merupakan kosekuensi logis kekeringan panjang yang terjadi sejak tiga bulan yang lalu. Dengan menurunnya debit air yang mencapai hingga 60 persen tersebut berpengaruh pada wahana wisata. Di antaranya, perahu wisata.
“Air surut kawasan untuk main rakit jadi sempit dan pemandangan sedikit terganggu karena hanya ada retakan tanah dan rumput yang mengering di sekitar situ. Pemilik perahu pun pada gulung tikar karena kondisi situ sudah mulai mengering di berapa sisinya,” katanya.
Selain itu, para pemancing pun ikut meninggalkan Situ Gede. Pemancing harus menjelajang hingga tengah situ. Indikasi kekeringan tersebut, kata dia, dapat terlihat dari turunnya permukaan air. Biasanya pulau di þengah situ tertutup air, kini kondisinya pulau kecil itu terlihat lebih luas.
“Tidak ada solusi untuk mengatasi kekeringan ini. Kami hanya berharap hujan segera turun dan pengunjung kami meningkat,” ujarnya.
Sementara itu, Yana (24), salah seorang tukang perahu sudah satu bulan ini memarkirkan dua perahunya. Hal itu karena kedalaman atau volume air Situ Gede sudah tidak bisa mendukung jalannya perahu. Saat ini, ia hanya bisa menjalankan rakit atau kendaraan air yang dibuat dari bambu-bambu.
“Paling muatannya dua orang saja. Moal tiasa jalan parahu mah tos deet, paling jero sameter. Paling rakit mah tiasa. Sasih saum mah sepi, tapi kamari rame pas munggahan,”ucapnya.
Yana berharap, hujan segera turun agar debit Situ Gede kembali naik.
Sementara itu, Tasta (35) salah satu pengunjung asal Singaparna mengatakan, prihatin dan kecewa dengan situasi Situ Gede saat ini. Padahal ia ingin membangggakan tempat main masa kecilnya dulu pada anak-anaknya sambil ngabuburit. Namun, ternyata kondisinya mengering.
Berdasarkan pemantaun “PR” tepi Situ Gede tempat perahu rakit penumpang saja sudah menyusut. Calon penumpang yang sudah menuruni tangga harus berjalan sekitar sepuluh meter menuju perahu. Selain itu, para pemilik perahu pun bisa leluasa berjalan ke tengah atau sekitar 20 meter dari tempat parkir perahu. Saat itu, ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa.
Situ Gede dimanfaatkan, 226 hektare areal pertanian di Kota Tasikmalaya. Adapun luas genangan Situgede seluas 47 hektare mengalami kekeringan dan pendangkalan akibat penggalian pasir di hulu. (A-183/A-26).
Sumber : www.pikiran-rakyat.com