Anggota Reskrim Polsek Karangsembung Brigadir WJ menembak Agus bin Waryo, 18, warga Desa Blender, Kecamatan Karangwareng, Kabupaten Cirebon, hingga tewas, pukul 01.30 WIB, Minggu (5/8). Diduga polisi tersebut mabuk.
Buruh bangunan itu ditembak padabagianperutsebelahkanan saat bersama teman-teman sekampungnya tengah melakukan tradisi obrog (membangunkan orang untuk sahur).Pelaku yang sempat melarikan diri kini telah ditahan dan diperiksa di Propam Polres Cirebon Kabupaten. Berdasarkan informasi dihimpun, kejadian bermula ketika WJ tengah patroli di Jalan Raya Karangsembung dengan mengendaraisepedamotor.
Saat itu dia membonceng seorang temannya yang belakangan diketahui bukan anggota polisi.Di jalan itu melintaslah rombongan obrog Agus dan kawan-kawan. Obrog yang dilakukan dengan memutar musik untuk membangunkan orang sahur itu biasanya membuat para pengobrog turut berjoged. WJ yang merasa iring-iringan obrog itu mengganggu sempat meminta warga menepi.Namun, warga menolak dan membantahnya dengan ejekan hingga sempat terjadi perang mulut.
Akhirnya WJ melepaskan satu kali tembakan peringatan ke udara, tapi tetap tak digubris bahkan tembakan itu diejek warga dengan menyebutnya petasan. Diduga emosi ditambah di bawah pengaruh minuman keras, WJ tiba-tiba menodongkan pistol ke arah kerumunan obrog. Satu kali tembakan langsung mengenai Agus hingga ambruk di lokasi. Dia tewas di tempat dengan lubang peluru pada bagian kanan perutnya.
Warga yang mengetahui kejadian itu membawa korban ke Polsek Karangsembung. Lalu, petugas melarikan korban ke RS Waled.“Kami sedang dalam perjalanan pulang. Lalu tibatiba ada polisi naik sepeda motor menghampiri kami dan langsung menembak.Tembakannya dua kali,yang satu kena Agus dalam jarak sekitar 1,5 meter,”ujar saksi Deni,17. Deni merupakan kawan Agus yang turut dalam iringiringan obrog.
Dia mengaku tidak tahu pasti pemicu penembakan oleh WJ ke arah Agus. Menurutnya, Agus tidak memiliki masalah dengan pelaku. Begitu juga dengan yang lainnya karena mereka tengah berjalan pulang.Namun, sejumlah warga mengatakan penembakan itu dipicu keributan antarkelompok obroglain dengan kerumunan pengobrog dimana Agus berada. Tidak jelas penyebab keributan kedua kelompok tersebut.
Diduga WJ yang datang bersama temannya saat itu hendak melerai keributan.Hanya upaya WJ berbuntut maut karena setelah tembakan peringatan tak mempan, tembakan kedua justru mengakhiri hidup Agus. Atas peristiwa itu, pukul 08.30 WIB kemarin puluhan warga mendatangi Mapolsek Karangsembung. Mereka menuntut hukuman seadil-adilnya terhadap pelaku. “Polisi harus bertanggung jawab. Kasihan keluarganya.
Kami minta polisi menyelidiki dan memproses secara terbuka,” kata perwakilan warga,Ade. Kapolsek Karangsembung AKP Sukhemi belum dapat memastikan penyebab penembakan itu,termasuk dugaan pelaku mabuk.Namun,pelaku telah menyerahkan diri dan diamankan di Propam Polres Cirebon Kabupaten. “Kami sudah memeriksa empat saksi. Sekarang kita tunggu hasil pemeriksaan saja,” katanya. Dia memastikan pelaku penembakan hanya satu orang yakni WJ.Penegakan hukum atas kasus ini dijamin terbuka dan sesuai prosedur hukum berlaku melalui penyidikan umum dan sidang internal.
Kapolres Cirebon AKBP Hero Henrianto Bachtiar membenarkan keberadaan pelaku yang telah menyerahkan diri. Rencananya korban akan dibawa ke RS Losarang, Kabupaten Indramayu untuk diautopsi. Soal dugaan pelaku dalam kondisi mabuk,dia menyatakan berdasarkan pemeriksaan awal pelaku memang di bawah pengaruh minuman keras saat menembak. Ibu kandung korban,Adminah, 35, mengaku kehilangan putra tertuanya itu.“Awalnya saya hanya diberitahu anak saya kecelakaan dan ada di rumah sakit.
Ternyata kata teman- temannya, dia meninggal karena ditembak polisi,” ujarnya. Pihak keluarga meminta keadilan ditegakkan, karena Agus merupakan tulang punggung keluarga. Di tempat terpisah, Polda Jawa Barat siap menindak Brigadir WJ. “Kami akan proses yang bersangkutan, terlepas dari dia sedang apa dan alasan menembaknya kenapa. Apalagi kasus ini sampai menghilangkan nyawa,” kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Martinus Sitompul.
Proses hukum terhadap pelaku mencakup penindakan etik kepolisian dan hukum pidana. Hingga kemarin, Polda masih memantau dan mendampingi Polres Cirebon dalam mengusut kasus tersebut. “Kami menyesalkan dan prihatin dengan peristiwa penembakan itu,” ucapnya. Martinus menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga Agus dan warga sekitar. Dia berharap kejadian tersebut tidak terulang di masa mendatang.
Berkaca dari kejadian tersebut, Polda Jabar kembali meningkatkan pengawasan terhadap anggota Polri di wilayah hukumnya yang dipercaya memegang senjata. Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sudjito berpandangan, banyaknya kasus salah tembak ataupun kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian adalah gejala bahwa polisi telah mengalami disorientasi pendekatan dalam menjalankan fungsinya sebagai aparat penegak hukum.
Polisi masih memakai pendekatan militeristik dari semestinya memakai cara-cara persuasif, mediasi maupun pendekatan yang bersifat humanis.“Ini patut disayangkan karena kepolisian sudah menjadi bagian dari penegakan hukum sejak ditetapkan terpisah dari TNI,”ungkapnya. Dengan terjadinya sejumlah aksi salah tembak dan kekerasan terhadap masyarakat sipil, dapat disimpulkan polisi masih gagal melakukan transformasi paradigma militeristik menjadi paradigma penegakan hukum.
Aksi main tembak dan kekerasan lebih dekat sebagai sikap main hakim sendiri yang jauh dari norma hukum itu sendiri. “Mungkin di level pimpinan Polri paham bahwa polisi adalah aparat penegak hukum.Tapi transformasinya ke bawah masih lemah.Aparat di level pelaksana lapangan masih militeristik. Padahal yang pegang senjata adalah yang di bawah sehingga mereka masih suka menembak, memukul, dan mengintimidasi dibandingkan memakai cara-cara persuasif dan humanis,”tegasnya. erika lia/ gugum rachmat gumila
Sumber : www.seputar-indonesia.com