Jakarta Menlu Marty Natalegawa bersama empat menteri negara lainnya ditolak memasuki Ramallah Palestina oleh Israel. Jika tak ditolak, sedianya Marty akan memaparkan mengenai pentingnya pengakuan atas Palestina dalam pertemuan komite Gerakan Non Blok (GNB) tersebut.
“Indonesia akan menegaskan kembali pentingnya pengakuan atas negara Palestina, dan bahwa kontribusi Gerakan Non Blok mencapai perdamaian dan keadilan di Palestina harus dilakukan melalui langkah-langkah yang lebih konkrit,” demikian tertulis dalam rilis Direkrotat Informasi Media Kemlu yang dirilis pada Sabtu (6/8/2012) kemarin.
Masih berdasarkan rilis tersebut, pada akhir pertemuan, diharapkan akan diadopsi Deklarasi Solidaritas Khusus untuk Palestina (Special Solidarity Declaration for Palestine). Selain itu, jika saja jadi masuk ke Ramallah, Menlu Marty rencananya akan secara langsung melihat situasi di Palestina.
�Menlu Marty dijadwalkan akan melakukan peninjauan lapangan ke wilayah pemukiman, dan kunjungan ziarah ke makam mantan Presiden Palestina, Yasser Arafat. Di sela-sela pertemuan, Menlu Marty juga akan melakukan pembicaraan bilateral khusus dengan Menlu Palestina, Dr. Riad Malki.
Pada Minggu kemarin, sedianya di Ramallah Palestina akan diselenggarakan pertemuan Gerakan Non-Blok (GNB) tingkat menteri, namun mendadak dibatalkan. Hal itu disebabkan karena Lima menteri luar negeri, salah satunya Marty Natalegawa, ditolak masuk Ramallah. Total 13 menteri sedianya akan mengikuti acara ini.
Pihak Israel mendadak menolak lima menteri yang telah hadir dan tengah menuju Ramallah. Lima menteri itu adalah menteri dari Malaysia, Indonesia, Bangladesh, Kuba dan Aljazair.
Lima menteri ini bersama dengan para menteri lainnya sedianya hadir untuk menghadiri pertemuan dua hari dalam konferensi Luar Biasa Tingkat Menteri Luar Negeri Gerakan Non-Blok mengenai Palestina (Extraordinary Ministerial Meeting of the Non-Aligned Movement Committee on Palestine) di Ramallah
Sumber : www.detik.com