Model di pergelaran koleksi Lebaran Bersama Shafira di Hotel Mulia, Jakarta. Kini, koleksi busana muslim mendapat sentuhan inovasi, misalnya evening dress yang terbuat dari batik tulis berbahan katun.
Elemen etnik masih menjadi kunci tren busana pada 2012. Hal tersebut terlihat dari berbagai sentuhan eksotis yang menjadi pilihan para desainer, termasuk juga desainer busana muslim yang banyak mengolah batik untuk busana pada Ramadan tahun ini.
Menyambut Ramadan,para desainer busana muslim sudah mempersiapkan koleksi terbaru yang dipertunjukkan di beragam panggung mode.Sebut saja pertunjukan Batik Keris yang beberapa waktu lalu dihelat di Mal Puri Indah ataupun di pekan mode Jakarta Fashion & Food Festivalyang dihelat pada Mei lalu di Hotel Harris Kelapa Gading.
Begitu juga dengan koleksi Lebaran Bersama Shafira di Hotel Mulia, beberapa waktu lalu. Menilik koleksi yang disajikan para desainer tersebut,terdapat benang merah yang bisa dikatakan sebagai tren untuk Ramadan kali ini. Para desainer tersebut terlihat kompak menyajikan kekayaan wastra Nusantara,terutama batik. Sebut saja Merry Pramono dan Hannie Hananto yang mengolah batik klasik bermotif parang.
Sementara Monika Jufry bermain di ranah yang lebih kontemporer dengan menghadirkan ragam batik modern sebagai aplikasi maupun detail dalam koleksi busana ready-to-wear-nya,Sessa. Pun dengan Jeny Tjahyawati, yang kendatipun tidak menggunakan batik untuk koleksi terbarunya, menyatakan bahwa batik menjadi cara desainer untuk menambahkan sentuhan etnik pada rancangan sekaligus melestarikan budaya bangsa.
Jeny mengatakan,wastra Nusantara merupakan warisan budaya bangsa yang harus terus dilestarikan. “Sebagai desainer mode,kita tentu melestarikannya dalam bentuk busana,” ujar Jeny.Sementara, penggunaan batik yang terasa dominan,ungkap Merry Pramono, disebabkan batik lebih mudah diolah ketimbang tenun. “Kain tenun lebih susah dibentuk karena tekstur dan kainnya yang cenderung kaku,”sebutnya.
Meski demikian,bukan berarti kain tenun lantas tidak populer. Beberapa desainer sukses mengolah kain tenun menjadi busana yang apik dan bernuansa kini.Seperti halnya Merdi Sihombing yang mengolah kain ulos maupun Ian Adrian yang memilih kain ulap doyo dalam nuansa warna merah menyala. Di sisi lain,batik memang terasa lebih akrab digunakan sebagai busana sehari-hari,pun untuk busana muslim.Apalagi jika batik tersebut telah mendapat sentuhan inovasi sehingga terlihat semakin kontemporer, seperti yang dilakukan Shafira.
Dalam pergelaran Lebaran Bersama Shafira ke-13 tersebut, untuk pertama kalinya Shafira menjadikan batik sebagai unsur utama koleksi.Batik Lasem yang merupakan percampuran budaya oriental dengan gaya batik klasik Solo dan Yogyakarta menjadi motif utama di koleksi formal dan semiformal. Shafira juga menghadirkan inovasi dalam bentuk batik evening wearyang terbuat dari batik tulis berbahan katun.
”Sudah saatnya batik tulis katun unjuk diri sebagai bahan busana malam yang patut diperhitungkan,tidak hanya terpaku pada sifon dan satin saja,” ujar Product & Creative Director Shafira Corp,Sigit Endroyono Batik tidak hanya menjadi bahan utama yang diolah desainer domestik. Milo,desainer asal Italia yang berbasis bisnis di Bali,juga tidak ketinggalan menghadirkan busana muslim berbahan batik kontemporer dalam nuansa resort wear.
Milo menyatakan bahwa koleksinya merupakan kombinasi modernitas juga sofistikasi dalam balutan islami.Batik alambra,wajik, dan kaktus menjadi cara desainer yang telah melanglang buana hingga panggung Milan ini untuk memperlihatkan sisi modern batik.Sementara,koleksi bergaya resor dalam bentuk maxi dressataupun celana jodhpur membawa sensasi internasional dalam gaya islami. Milo beralasan,gaya busana muslimnya yang beraroma resor dimaksudkan agar busana muslim bisa menjadi busana lintas agama dalam lookinternasional.
”Saya ingin penduduk dunia punya minat tinggi terhadap busana muslim.Rancangan saya yang menyerupai gaun malam sangat tepat dikenakan oleh lintas agama,tak hanya mereka yang muslim,”ujar Milo yang membawa label Milo Internazionale. Batik dalam busana muslim sebelumnya juga kerap diperlihatkan para desainer.Seperti Iva Lativah, desainer asal Bandung yang pernah menyajikan ragam busana muslim bergaris kimono berbahan batik klasik. Label batik ready-to-wearAlleira menyajikan koleksi busana muslim kontemporer dari batik gradasi berupa tunik maupun blus oversized. ● lesthia kertopati
Sumber : www.seputar-indonesia.com