Target Persib Bandung yang selalu membidik gelar juara Liga Indonesia belum juga terpenuhi sejak terakhir kali menjuarai Liga Indonesia pertama musim 1994-1995.
Banyak kalangan yang menilai, kegagalan “Maung Bandung” tersebut di antaranya karena tidak pernah lagi memiliki pelatih yang beringritas tinggi dan kurang serius dalam pembinaan pemain muda.
Mantan gelandang Persib Bandung, Yaris Riyadi mengatakan Persib Bandung merupakan sebuah tim dengan nama besar yang juga dibesarkan oleh masyarakat Jawa Barat, khususnya Bandung. Oleh karena itu, jika saat ini manajemen “Pangeran Biru” berencana kembali memercayai pelatih dan pemain lokal untuk menghuni Persib, hal itu sudah memang sepantasnya dilakukan.
“Pelatih lokal itu lebih tahu karakter dan budaya Persib dengan utuh, terutama mereka yang pernah membela Persib. Namun, sosok pelatih harus punya kedekatan yang baik terhadap semua pemain. selain itu, yang paling penting adalah memiliki integritas tinggi dan tidak mudah diintervensi,” ujar Yaris saat ditemui di Stadion Persib, Kamis (9/8).
Yaris menambahkan, selain pelatih lokal, pembinaan pemain muda juga harus ditunjang dengan baik. Misalkan, para pemain muda itu memiliki kesempatan sebesar-besarnya untuk membela Persib senior. Tentunya, lanjut Yaris, itu semua harus dilihat dari kualitas seorang pemain itu sendiri.
“Sekarang yang terjadi di Persib, banyak pemain muda binaan yang malah bermain di klub lain, dan menunjukan performa bagus. Hal itu kan tentunya sangat disayangkan. Persib yang membina, tapi setelah besar, gedenya malah di klub lain,” kata dia.
Menurut dia, manajemen dan pelatih yang ditunjuk seharusnya bisa memandang seorang pemain dengen merata. Artinya, ujar Yaris, yang dilihat ialah kualitas individu dan sumbangsih seorang pemain terhadap timnya, bukan dari kebintangannya. “Kayak dulu pak Thohir, bagus, dia memandang pemain yang mau konsekuen dengan tim. Bukan dari nama besarnya,” katanya menegaskan.
Mengenai pembinan usia muda, mantan gelandang terbaik Indonesia itu mengaku sangat menyesalkan kondisi yang sekarang ini tejadi di tubuh “Maung Bandung”. Meski Persib terus melakukan pendidikan dan pembinaan di usia 21 dan 23, Yaris menilainya dengan keterlambatan.
“Sudah terlambat ya, sayang udah dibina tapi jenjang ke seniornya seperti tidak ada. Saya piker, jangan terlalu banyak pemain luar. Sebab Persib dari dulu kan selalu mengandalkan pemain lokal, terutama orang Sunda. Tidak seperti sekarang, banyak pemain luar tapi prestasinya kurang maksimal,” ujar Yaris.
Berbeda dengan pandangan Yaris, mantan stopper Persib era-90an, Roy Darwis menyatakan skuad “Maung Bandung” harus dihuni oleh para pemain berkualitas. Karena tergetnya selalu juara, lanjut Roy, melihat potensi pemain muda yang tidak begitu bersinar, musim depan sebiknya Persib diperkuat lagi oleh pemain yang sudah teruji kemampuannya. “Saya rasa banyak pemain bintang ketimbang lokal untu saat ini bagus ya, soalnya kita profesional saja. Tidak ada istilah pemain muda harus diambil karena regenarasi. Ini kan turnamen sepakbola terbesar di Indonesia. Jadi pemain tim harus yang siap tempur,” kata Roy menjelaskan.
Roy menegaskan, meskipun regenerasi memang harus ada. Misalkan, tambah dia, Persib B harus tetap ada, itu untuk pembinaan berkelanjutan. “Dari dulu juga, 3-4 tahun dari junior baru bisa masuk tim senior apalagi jadi pemain inti. Itulah budaya di Persib, kebanyakan pemain muda harus main dulu di klub lain,” ujarnya.
Kendati demikian, ujar adik Robby Darwis itu, kalau pemain muda “gede” di klub lain, resikonya “Maung Bandung” akan dicemooh masyarakat Bandung. “Karenanya tampil bersama Persib mental pemain harus kuat,” ujarnya. (A-200/A-26)***
Sumber : www.pikiran-rakyat.com