Gempa berkekuatan 4,8 Skala Richter yang berpusat di 31 kilometer barat daya Kabupaten Bogor, pada Minggu (8/9), yang getarannya dirasakan sampai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi, diduga akibat peningkatan aktivitas Kawah Ratu di Gunung Salak.
“Kami menduga adanya peningkatan aktivitas di Kawah Ratu, tetapi kami belum meneliti sejauh mana peningkatan aktivitas tersebut,” kata Kepala Taman Nasional Gunung Halimun Salak Sukabumi (TNGHS) Agus Priambudi, Minggu.
Menurut Agus, Gunung Salak memang salah satu gunung berapi yang masih aktif dan keaktifan gunung tersebut bisa dilihat dari akrtivitas Kawah Ratu. Maka dari itu, pihaknya meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Kawah Ratu dan terus memantau perkembangan ativitas kawah yang selalu dijadikan objek wisata oleh para pendaki.
Dia mengatakan, dalam kondisi normal Kawah Ratu kerap mengeluarkan kepulan asap beracun yang bersumber dari lava kawah tersebut. Maka dari itu, pihaknya melarang keras saat ini ada pendakian menuju Kawah Ratu dan ditutup sampai 1 Oktober mendatang.
“Untungnya pada saat kejadian gempa, aktivitas pendakian menuju Gunung Salak dan Halimun ditutup khususnya menuju Kawah Ratu sehingga tidak menyebabkan adanya korban dari pihak pendaki. Kawah Ratu merupakan kawah yang paling aktif dan kerap mengeluarkan kepulan asap beracun, maka dari itu kami larang untuk sementara warga maupun siapapun mendekat Kawah Ratu,” katanya.
Dikatakannya, penutupan aktivitas pendakian ini awalnya beralasan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan, tetapi di sisi lain dengan kondisi cuaca yang kemarau ini dikhawatirkan ada peningkatan aktivitas di Gunung Salak khususnya Kawah Ratu.
“Peningkatan aktivitas di Kawah Ratu bisa terjadi kapan saja, karena kawah tersebut masih aktif dan kami tidak bisa memprediksi kapan akan terjadi peningkatan aktivitas tersebut, maka dari itu kami terus melakukan pemantauan terhadap kedua gunung ini,” kata Agus. [TMA, Ant]
Sumber : www.gatra.com