Solo Selalu dikait-kaitkan dengan terorisme membuat Ponpes Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo, jengah juga. Mereka punya saran ke polisi atau Densus agar terorisme tidak berkembang. Apa saran mereka?
“Ke depan polisi, khususnya Densus 88/AT, tidak menerapkan cara-cara represif dengan gampang melakukan penghilangan nyawa terhadap orang-orang yang dicurigai melakukan teror,” kata Direktur Ponpes Al-Mukmin Ngruki, Wahyuddin, di kantornya di Dusun Ngruki, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Senin (3/9/2012).
Wahyudin mengatakan, sebaiknya orang yang dicurigai terlibat terorisme, ditangkap hidup-hidup. Dengan demikian, orang tersebut bisa dikorek informasinya dan dicarikan solusi persoalannya.
“Lebih baik kalau bisa dikorek informasinya. Dengan begitu maka akan bisa ketemu obat yang tepat untuk mengurai akar persoalannya. Kalau ditembak mati seperti itu kan akan menimbulkan sakit hati dan dendam kesumat di kemudian harinya,” ujar Wahyudin.
Sementara itu, dalam jumpa pers, Wahyudin menegaskan, ponpes yang dikelolanya sama sekali tidak terlibat dalam terorisme. Namun, ia memohon maaf sekiranya ada beberapa alumni atau jebolan ponpes yang terlibat. Pihak ponpes tidak bisa mengontrol kegiatan alumni atau jebolan selepas dari ponpes.
Dua terduga teroris yang tewas ditembak di Solo, Farhan Mujahid dan Muchsin Tsani, diakui pernah nyantri di Ponpes Ngruki. Keduanya dinilai bermasalah karena tak menyelesaikan administrasi dan biaya sekolah. Hingga kini, ijazah keduanya masih ditahan.
Sumber : www.detik.com