Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta memasuki masa kampanye putaran kedua sejak Jumat, 14 September 2012. Selama kurun waktu kurang dari seminggu, kedua pasang calon gubernur dan calon wakil gubernur akan berusaha meyakinkan para calon pemilih untuk mencoblos mereka di 20 September mendatang.
Tapi upaya memikat para calon pemilih tidak hanya berlangsung di dunia nyata. Dunia maya pun menjadi sarana penggalangan dukungan yang dilakukan para tim sukses. Berbagai cara kreatif dihadirkan, bahkan sudah dilakukan jauh sebelum hari-H pencoblosan berlangsung.
Situs video sharing YouTube pun menjadi salah satu sarana efektif untuk berkreasi menggalang dukungan. Misalnya saja, sebuah video lagu yang dibuat sekelompok anak muda yang tergabung dalam Cameo Project. Mereka mengunggah video parodi lagu boyband asal Inggris One Direction. Lagu berjudul “What Makes You Beautiful” pun diganti menjadi “Jokowi dan Basuki”.
Lirik yang ada di lagu itu bikin pendengarnya tersenyum. Beberapa kali lirik di lagu itu menyindir kinerja calon incumbent yang dinilai belum memberikan layanan terbaik bagi warga Jakarta. Meski begitu, Cameo Project menulis bahwa video yang diunggah pada 25 Agustus 2012 itu bukanlah kampanye.
Kreasi pendukung Jokowi langsung mendapat tandingan pendukung Fauzi Bowo. Mereka tidak mau ketinggalan mengunggah video lagu di YouTube. Akun bernama Simpatisan Foke mengunggah video berjudul “Sejak Foke Ada”.
Melalui lirik di lagu itu, Simpatisan Foke itu memuji kinerja dan pencapaian yang diraih Fauzi Bowo selama lima tahun menjabat gubernur. Foke dinilai berhasil mengatasi banjir. Sedangkan untuk macet, Foke dinilai masih berjuang untuk mengatasinya.
Namun video “Jokowi Basuki” terbilang jauh lebih dikenal di dunia maya ketimbang “Sejak Foke Ada”. Popularitas video Cameo Project itu terlihat dengan jumlah penonton yang hampir mencapai 1 juta. Sedangkan video “Sejak Foke Ada” hanya dilihat sekitar 5.600-an kali. Dengan demikian, “Jokowi Basuki” bisa dianggap salah satu marketing viral yang terbilang sukses, terutama untuk politik di Indonesia.
Efektif
Calon gubernur Joko Widodo mengaku kalau media sosial berperan sangat efektif dalam menggalang dukungan. Apalagi, Jakarta menjadi pusat perkembangan teknologi di Indonesia. “Ini media sosial sangat penting sekali kalau di Jakarta. Semua orang punya Facebook dan Twitter,” kata Jokowi.
Menurut Jokowi, media sosial bisa digunakan untuk membangun persepsi. “Jangan sampai nanti ada isu-isu yang tidak tertangani. Bisa menjadi isu-isu yang tidak baik,” tutur Walikota Solo ini.
Tak heran jika kemudian Jokowi menggunakan media sosial seperti YouTube untuk membantah semua isu negatif tentang dia. Adapun isu negatif itu antara lain mengenai suku, agama, ras dan antargolongan, juga isu mengenai kegagalan Jokowi dalam mengatasi kemiskinan di Solo.
Ketua Tim Sukses Jokowi-Ahok, Budi Purnomo, membocorkan sedikit strategi yang digunakan Jokowi. “Kami lebih banyak feed informasi, biasanya dari berita online, kan di situ banyak yang antusias. Pembaca media online kan terbatas, jadi kami kapitalisasi itu melalui media sosial. Sehingga berita-berita tentang Jokowi semakin banyak,” ucap Budi.
Sedangkan Ketua Media Center Foke-Nara, Kahfi Siregar, mengaku juga memiliki tim media sosial. Berbagai cara kreatif pun dibuat untuk menggalang dukungan, dari video YouTube hingga game.
“Tim sosial media ini memang kalah saat putaran pertama lalu, tapi kini kami bisa imbangi. Di sini ada gabung semua kalangan, anak muda, tua, maupun profesional, membuat hal-hal tentang Foke Nara. Bahkan belum lama ini ada anak muda yang buat game bertema Foke,” ujar Kahfi.
Kampanye Hitam?
Selain cara kreatif, kemeriahan Pilkada Jakarta di dunia maya juga ramai oleh kampanye hitam dan kampanye negatif. Jika kreatifitas disalurkan melalui akun resmi, maka kampanye hitam atau negatif biasanya gencar dilakukan oleh akun tak jelas, gelap, dan anonim.
Berbagai informasi yang menjatuhkan lawan politik pun ramai diperbincangkan. Lalu, apakah tiap kandidat membayar orang tertentu untuk melakukan kampanye hitam dan negatif di dunia maya? Kedua tim sontak membantah.
Tim Jokowi mengatakan hanya menggunakan relawan. “Tidak ada untuk bayar tim seperti itu,” ucap Budi Purnomo. Budi pun mengatakan, jika ada serangan kampanye hitam dan negatif di dunia maya, maka Tim Jokowi-Ahok maka relawan-relawan ini yang akan memberi penjelasan.
“Seharusnya media sosial itu digunakan untuk kemaslahatan bersama. Itu akan luar biasa manfaatnya. Tapi kalau dipakai untuk black campaign, siapa yang untung? Malah banyak yang rugi,” jelas Budi.
Senada dengan Budi, Kahfi Siregar pun membantah tim Foke-Nara membayar orang untuk kampanye hitam atau negatif. “Kami juga tidak perlu menyewa orang untuk menanggapi black campaign. Banyak relawan yang akan luruskan itu,” ujar Kahfi.
Untuk mengawasi adanya konten negatif, biasanya Kahfi mengecek terlebih dulu. “Relawan sebelum meng-tweet, saya periksa dulu, saya pelajari. Karena kampanye media sosial berada di bawah Foke-Nara Media Center,” ujar Kahfi. (sj)
Sumber :www.viva.co.id