Jawa Barat memberlakukan siaga ancaman teroris pascateror melalui surat yang ditujukan kepada polisi di Ciamis dan Banjar. Selain itu, teroris juga makin dekat dengan masyarakat usai penggeledahan rumah di Depok dan Tambora, Jakarta Barat.
Penerapan siaga dilakukan Polres Ciamis dengan mengerahkan pasukan antiteror untuk keliling wilayah perkotaan. Pasukan antiteror yang bertugas ini dilengkapi senjata jenis SS1-V2 Sabhara, rompi antipeluru, seragam lengkap berikut alat komunikasi. Sebanyak 14 personel antiteror diterjunkan di lapangan.
“Sekecil apapun bentuk teror jangan diremehkan. Dengan adanya surat ancaman yang ditujukan untuk polisi Banjar dan Ciamis, kami lebih intens melakukan pengamanan dan patroli termasuk mengerahkan pasukan antiteror. Jangan sampai di Ciamis terjadi aksi teror,”kata Kepala Bagian Operasional (Bagops) Polres Ciamis Kompol Sutisna di Pos Polisi Alun-alun Ciamis, kemarin. Pengerahan pasukan antiteror, juga untuk internal Polri atau ke dalam.Sejak terjadi peristiwa terorisme di Solo, Jawa Tengah, Polres Ciamis terus meningkatkan pengamanan terutama di jalur perbatasan dengan melakukan razia.
“Razia dilakukan dengan sasaran penggeledahan senjata api, bahan peledak, senjata tajam, obat terlarang, berikut kelengkapan surat kendaraan,” jelas Sutisna. Berkaitan dengan aksi teror, sedikitnya terdapat enam pos polisi di jalur protokol Ciamis yang di jaga ketat setiap malam. Peningkatan di enam titik pos polisi di jalur protokol dinilai rawan menerima ancaman teror. “Malam hari,polisi bekerjasama dengan TNI meningkatkan patroli, khususnya di titik rawan enam pos polisi mulai dari Sindangkasih hingga Banjarsari,” ujar Sutisna.
Menurut dia, untuk lokasi lain bukan tidak di jaga,pihaknya tetap menjaga, hanya saja tidak mendapat perhatian khusus karena kawasan lain relatif bisa diantisipasi sekalipun terjadi kemungkinan atau kekhawatiran terburuk. “Patroli antisipasi teror juga dilakukan bersamaan dengan patroli yang sudah berjalan, yaitu patroli penanganan C3,terdiri dari penanganan kasus curat,curas,dan curanmor,” kata Sutisna. Sementara itu, saat melakukan razia di enam titik di wilayah perbatasan Ciamis, polisi memergoki tindak kriminal kekerasan terhadap salah seorang warga yang dilakukan oleh lima orang.
Polisi menemukan seorang warga Banjar yang belakangan diketahui bernama Hendra, 20, disekap dalam mobil dengan kondisi tangan terikat. Korban ditemukan di sebuah mobil Carry nopol D 1066 QH saat melintas di kawasan Cijeungjing,Ciamis. Peristiwa itu diketahui polisi saat kendaraan melintas dan diberhentikan oleh Polisi untuk dilakukan pemeriksaan. Semula polisi tidak curiga saat melihat di dalam mobil terdapat enam orang.Namun,saat polisi akan melakukan pemeriksaan senjata api dan bahan peledak, seorang di antaranya meringis kesakitan dengan tangan terikat. Polisi langsung memeriksa dan mengamankan para pelaku.
MUI Mengaku Kecolongan
Penggeledahan rumah orang tua Firmansyah,terduga kasus teroris di Kecamatan Ketapang, Kabupaten Bandung mengejutkan warga Bandung. Kondisi ini membuat prihatin Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bahkan MUI mengaku kecolongan.“Kecolongan, ya, kalau seperti itu.Ya,aparat,pemerintah, dan kita juga.Termasuk MUI, karena kita tidak tahu siapa yang datang.Tapi,kan kegiatannya belum ada.Mungkin juga mencoreng nama Kabupaten Bandung,tapi Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa di sini,”kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bandung Anwar Safiuddin Kamil,kemarin.
Seperti diberitakan sebelumnya, Densus 88/Antiteror PolrimenangkapFirmansyahdi sebuah rumah di Taman Anyelir II,Kali Mulya,Cilodong,Depok, pada Rabu (5/9). Mabes Polri menyebutkan Firmansyah merupakan teman satu angkatan Muhsin,terduga teroris yang tewas dalam penyergapan di Solo, beberapa waktu lalu. Anwar menambahkan,MUI mengimbau kepada warga muslim lebih berhati-hati terhadap teman atau tamu asing.
Toriq Terkait Jaringan Solo-Jakarta
Penyidik Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) menduga tersangka teroris asal Jembatan Lima,Tambora, Jakarta Barat Muhamad Toriq, 32, terkait dengan jaringan teroris di Solo, Jawa Tengah, dan Depok,Jawa Barat. Namun bagaimana detail hubungan struktural antara pelaku teroris di Solo,Depok, dan Toriq,polisi masih menelusurinya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya,Komisaris Besar Polisi Rikwanto, juga mengungkapkan adanya istilah poros Solo-Jakarta yang akan menyasar dua daerah tersebut sebagai target aksi terorisme.Sayangnya, Rikwanto enggan menyebutkan secara terperinci apa saja yang akan ditarget dengan alasan masalah teknis hanya diketahui pihak Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri.“Yang jelas lagi didalami apa target selanjutnya yang akan disasar pelaku teroris,” ujar Rikwanto kepada wartawan di Jakarta kemarin. Seperti diketahui, polisi belakanganinikembalimelakukan perburuan terhadap kelompok terorisme pascapenembakan terhadap pos polisi dan personel polisi di Solo.
Dalam perburuan tersebut Densus 88/Antiteror Mabes Polri menembak mati dua orang terduga teroris, Muksin dan Farhan,di Solo,Jawa Tengah (31/8), menangkap Bayu di Karanganyar, Jawa Tengah,dan kemudian meringkus terduga terorislainnya,Firman,diDepok, Jawa Barat (5/9). Toriq sendiri dipastikan sebagai anggota teroris setelah polisi memastikan bahan material yang ditemukan di rumahnya adalah bahan peledak untuk merakit bom.
Adapun barang bukti yang berhasil diamankan berupa lembaran panduan merakit bom,tiga kardus yang berisi botol, lakban, dua botol berisi paku, kaleng makanan,baterai, charger telepon seluler, potongan pipa dan kabel,serta bahan lain. Dari olah TKP,polisi bahkan menemukan lima bom pipa berukuran 40 cm yang sudah dirakit. Kelima bom pipa tersebut hanya tinggal dipasang power detonator dan kabel penghubung untuk pemicu.
Toriq diduga telah meracikbahankimiasejenisbahanpeledak yang dipasangi sejumlah paku dengan tujuan memberikan efek ledak yang besar. Berdasar penuturan sang ibu, Iyut, Toriq akan membawa barang-barang tersebut ke Ambon. ujang marmuksinudin/ iwa ahmad sugriwa/ krisiandi sacawisastra
Sumber : www.seputar-indonesia.com