Mahasiswa ITB Diremehkan Peserta Lain, Dibuktikan dengan Medali

by -750 views

Bintang Rahmat Wananda, peraih perak pada International Geography Olympiad (IGEO) Jerman ini bisa tersenyum dan berbangga dengan penghargaan yang diraihnya itu,terutama untuk peserta lain yang sempat meremehkan kemampuannya.

Mahasiswa semester I Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB ini tak patah arang ketika namanya tidak diperhitungkan pada ajang IGEO ke-9 di Jerman pada 21- 27 Agustus 2012 lalu. Dia justru membalasnya dengan mendapatkan medali. “Peserta dari negara lain tidak percaya kalau ada tim Indonesia yang bisa meraih perak.Kami tidak diperhitungkan,tapi ternyata kami bisa.

Mereka tercengang karena memprediksikan Jepang, tapi ternyata cuma mendapat satu perunggu saja,” kata Bintang saat ditemui usai konferensi pers di Rapim A Rektorat ITB,Jalan Tamansari, Kota Bandung, kemarin. Awalnya,saat bertanding secara individual,Bintang mengaku sudah putus asa tidak akan mendapatkan kemenangan.

Apalagi nilai tes tulis dan multimedianya terpuruk di peringkat 62 dan 64. “Posisi saya waktu itu sudah terpuruk.Saya takut kalah dan pulang nggakbawa apa-apa.Waktu tes praktik, saya bertekad dan berusaha mati-matian supaya bisa menang.Alhamdulillah, ternyata nilainya memuaskan, saya di peringkat 4,setelah diakumulasikan ternyata saya ada di ranking19 dan mendapatkan medali perak. Senang banget,”ucapnya tersenyum.

Baca Juga:  Pembunuhan Sisca: Pelaku Datang, Rekonstruksi Langsung Dimulai

Raihan medali perak yang didapatkan ini,membuat Indonesia sejajar dengan negara-negara yang juga meraih perak,antara lain China Beijing,China Taipei, Rusia,New Zealand,dan Inggris.Jumlah medali yang diperebutkan sebanyak 10 emas,21 perak,dan 31 perunggu. Sementara jumlah peserta yang mengikuti acara ini sebanyak 124 peserta dari 32 negara. Sejak duduk di sekolah menengah pertama (SMP), bungsu dari dua bersaudara ini menyukai pelajaran geografi.

Tak heran jika hobinya ini tidak jauh dari geografi,seperti naik gunung. Bintang sendiri pernah menjuarai Olimpiade Sains Nasional Kebumian,namun tidak sampai ke ajang internasional. “Waktu itu umur saya sudah melebihi dari batas yang ditentukan.Kalau kompetisi olimpiade geografi ini tidak.Saya memang suka segala macam tentang bumi,” ungkapnya antusias.

Selain Bintang, ada tiga nama lainnya yang memperkuat tim Indonesia, yaitu Adnan Satria Jati, siswa SMAT Krida Nusantara; Moh Anja Istala, mahasiswa Geologi UGM; dan Moh Ridwan, siswa SMA Boarding School Sragen. Selain Bintang yang secara individu meraih medali perak, tim Indonesia juga berhasil meraih the best presentationuntuk studi kasus karst hidrologi dalam kaitannya dengan masalah kekeringan di Gunung Kidul, Yogyakarta.

Baca Juga:  Soal Ujian SD Diduga Hina Nabi Muhammad, Ini Kata Disdik Solok

“Ternyata orang luar negeri baru tahu kalau di Indonesia bisa kekeringan. Padahal, daerah karst itu menyimpan banyak cadangan air yang tersimpan jauh di dalam tanah. Sehingga kami memaparkan solusi apa yang telah dilakukan,” bebernya. Solusi yang dilakukan, jelas Bintang, dengan membuat bendungan di dalam gua.

Kemudian, air disalurkan ke pipa-pipa untuk menyedot air ke atas. Untuk menggerakkan generator energinya juga dihasilkan oleh air gua dengan membuat sejenis air terjun buatan. Dengan cara seperti itu, air bisa dialirkan sehingga tidak terbuang begitu saja ke laut. “Mereka tidak percaya kalau Indonesia bisa melakukan proyek itu dan miliki dana yang besar untuk melakukannya.

Masih banyak yang memandang sebelah mata pada kita,”bebernya. Namun dengan pandangan masyarakat dunia yang masih melihat tim Indonesia sebelah mata,tidak membuat tim Indonesia patah semangat. Keempatnya berusaha keras, meski persiapannya hanya satu bulan, tapi mereka bisa mengharumkan nama Indonesia pada keikutsertaannya yang pertama ini.

About Author: Tubagus Iwan Sudrajat

Gravatar Image
Tubagus Iwan Sudrajat ialah seorang penulis artikel di Bandung, Jawa Barat. Dia juga penulis artikel di beberapa blog dan media online.