Dari wajahnya,orang dengan mudah menebak negara asal pria ini.Apalagi jika mendengar namanya.Namun orang akan terkejut ketika sosok satu ini ternyata mampu berbahasa Sunda dengan fasih.Dia adalah Mikihiro Moriyama.
Kemampuannya berbahasa Sunda,tidak sekadar mengucapkan katakata, namun juga cara bertuturnya sudah seperti orang Sunda asli. Guru besar Universitas Nanzan Jepang ini telah menjadi peneliti kebudayaan Sunda sejak 30 tahun lalu, tepatnya dimulai tahun 1982.
“Waktu masih mahasiswa saya mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Indonesia.Saat itu yang mempelajari bahasa Sunda tidak banyak.Ternyata mempelajarinya sangat menyenangkan,dan saya berharap bisa memberikan kontribusi akademis,eta motivasi abdi kangge naluntik basa sunda (itu motivasi saya untuk mempelajari bahasa Sunda),”katanya saat ditemui usai menyampaikan materi di Akademi Budaya Sunda Universitas Pasundan (Unpas) angkatan I di Aula Unpas,Jalan Setiabudi,Kota Bandung,kemarin.
Dengan dorongan dari Ayip Rosidi dan salah satu professor di Kyoto akhirnya dia memulai belajar kebudayaan Sunda di Unpad. Budaya Sunda,kata Miki, sangat menarik perhatiannya. Kreativitas masyarakat dan kebudayaan Sunda tetap hidup dalam berbagai segi, mulai dari berbagai acara kesenian,hingga penggunaan sastra atau bahasa hingga media.“Itu yang saya sukai, meski sudah 30 tahun saya belajar dan meneliti budaya Sunda tapi rasanya ini belum selesai-selesai,”ucap pria yang biasa disapa Miki ini.
Miki mengatakan,masih sangat jarang penelitian tentang kebudayaan Sunda. Hanya terdapat sekitar 10 penelitian di dunia. Kendati begitu,dia menilai kondisi ini jauh lebih baik dibanding penelitian mengenai kebudayaan Sunda di dalam negeri.“Sunda itu bahasa terbesar setelah Jawa tapi kok nggak banyak penelitian tentang Sunda,penelitian lebih ke bidang sosial,politik, dan ekonomi karena kebudayaan dianggap kurang menguntungkan.Harusnya ada upaya untuk mencari jati diri bangsa,”tuturnya.
Menurut dia,orang Sunda kurang memberikan perhatian terhadap bahasanya sendiri.Padahal masih banyak kebudayaan Sunda yang belum diteliti mulai dari naskah ataupun prasasti. Budaya lokal,lanjut Miki, merupakan aset yang diminati banyak orang terutama di luar negeri.“Budaya lokal yang banyak diminati orang,bukan Indonesianya.Saya pergi ke Australia hingga Afrika dengan membawa hasil penelitian ini.
Untuk itu,ke depan akan mengundang peneliti dari luar negeri untuk belajar kebudayaan Sunda karena masih banyak yang harus diteliti.Orang Sunda juga jangan hanya diam di dalam negeri,bawalah budaya Sunda ke Negara lain,”ungkapnya. Miki menilai penggunaan bahasa Sunda dalam aktivitas masyarakat sehari-hari kian jarang. Meski begitu,dia optimistis penggunaan bahasa Sunda akan lebih sering digunakan masyarakat, menyusul adanya peraturan daerah (perda) tentang penggunaan bahasa ini.
Menurut dia,ada bahasa Sunda gaul yang digunakan dalam obrolan sehari-hari yang tidak lagi memperhatikan aturan-aturan bahasa Sunda. Ada juga bahasa Sunda yang digunakan dalam kegiatan tulis-menulis.“Bagi saya tidak apa-apa,yang penting bahasa Sunda tetap digunakan. Optimistis saja, orang Sunda jangan pesimistis.Saya optimistis kalau budaya Sunda bisa terjaga,”katanya. MASITA ULFAH Kota Bandun.
Sumber : www.seputar-indonesia.com