Produksi benih ikan air tawar di Kabupaten Purwakarta berpotensi turun pada tahun ini lantaran minimnya sumber air permukaan yang dijadikan pasokan air bagi kolam-kolam pembenihan dan pendederan.
Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) setempat menyebutkan, penurunan tersebut di bawah 5% dari total produksi tahun lalu yang mencapai 300 juta ekor. Penurunan ini tidak akan berpengaruh besar tehadap penjualan, sebab pada 2010 terjadi peningkatan produksi sebesar 36% dari semua jenis ikan yang diproduksi, seperti ikan mas,nila,dan lele. Kepala Disnakan Kabupaten Purwakarta Herry Herawan mengatakan, minimnya pasokan air di wilayahnya masih ditunjang dengan kualitas perairan yang belum memadai.
Seperti di Kecamatan Wanayasa, Kiarapedesa, serta Pasawahan. “Musim kemarau ini sempat membuat kami khawatir hingga membuat produksi benih ikan menurun. Meskipun beberapa hari lalu sudah turun hujan,tidak berarti akan terus hujan. Sehingga kondisi ini bisa berdampak pada minimnya sumber air permukaan,” kata Herry. Dia menjelaskan, dalam bidang perikanan terdiri dari tiga aspek,yakni pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Pembenihan dalam perikanan merupakan ukuran ikan antara 1-3 cm.
Untuk masuk ke dalam ukuran itu ada dalam tahapan pendederan. Sebab, ukuran ikan antara 5-8 cm, sudah masuk pembesaran. Sementara, harga benih ikan ukuran 1-3 cm berbeda dengan ukuran 5-8 cm. Benihnya dijual per ekor, yakni ukurannya dengan menghitung melalui satuan kilogram. Saat ini harga per kilogramnya bisa mencapai Rp23.000, sementara saat normal hanya Rp17.000 per kg. Menurut Herry, benih yang dibudidayakan di sentra-sentra ikan air tawar, hampir semuanya memasok Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Jatiluhur dan Cirata.
Sehingga Waduk Jatiluhur pada umumnya berfungsi sebagai pembesaran. Kendati demikian, di lokasi itu sebagai daerah yang cukup potensial untuk pembenihan. Ketua Himpunan Pembudi Daya Ikan KJA Waduk Jatiluhur Darwis mengatakan, para petani KJA di Waduk Jatiluhur belum merasakan dampak penurunan produksi pada musim kemarau ini.Kendati demikian, pihaknya sudah mengantisipasi penangulangannya.
“Saat ini budi daya perikanan masih aman, belum ada gangguan yang terlalu mengkhawatirkan. Penyakit ikan seperti herves tetap ada, tapi sifatnya parsial.Tidak seperti beberapa tahun lalu yang mengakibatkan kematian ikan secara massal. Akan tetapi, kami juga hati-hati menghadapi Desember, karena pada waktu itu biasanya herves mewabah,” kata Darwis. asep supiandi
Sumber : www.seputar-indonesia.com