Jakarta – Kalau ada yang harus disalahkan kenapa prestasi timnas Indonesia mandek di level Internasional, salah satunya adalah karena kurangnya asupan gizi dan pendalaman di bidang teknologi.
Hal itu yang disampaikan oleh Ketua Umum PSSI Nurdin Halid dalam acara peresmian Grassroot Visi Indonesia 2020 dalam rangka pencalonan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 di lapangan ABC, Senayan, Sabtu(18/4/2009) siang WIB.
Nurdin menilai aspek gizi dan teknologi serta pendalaman visi para pemain sepakbola nasional ke depannya harus lebih ditingkatkan gara di masa mendatang timnas dapat mengharumkan nama Indonesia dengan segudang prestasi.
“Para pemain kita sekarang kurang tersentuh IPTEK (teknologi) jadinya kita tertinggal dengan negara-negara di Asia seperti Jepang dan Korea. Persepakbolaan mereka maju karena para pemainnya sudah mengenal teknologi dengan maju. Makanya itu dengan visi 2020 dimana masalah gizi dan teknologi menjadi prioritas utama dalam pembinaan sepakbola di masa muda,” ujar Nurdin.
Nurdin pun menggambarkan prestasi Indonesia di masa lalu yang begitu hebat dan ditakuti lawan-lawannya hingga dijuluki ‘Macannya Asia’ didasari karena dulu belum mengenal adanya teknologi dan pembinaan sepakbola masih dengan cara tradisional. Namun dengan zaman yang makin berkembang sekarang, teknologi diperlukan untuk membina para pesepakbola, seperti yang telah dilakukan negara-negara dengan tradisi sepakbola kuat di Asia, macam Jepang dan Korea Selatan.
“Dulu kita mengalahkan Jepang dan Korea Selatan saja bisa, sekarang masa lawan Singapura saja kita kalah. Sama Thailand kenapa kita takut sekarang?,” ungkap pria yang akrab disapa Puang itu.
“Membangun sepakbola sekarang harus dengan manajemen yang baik. Agar misi kita menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 bisa dicapai,” tutupnya
dari : Detiksports