Sebanyak 1.080 pedagang menganggur akibat penutupan Taman Wisata Alam (TWA) Tangkubanparahu sejak Senin (3/9) hingga kemarin.
Mereka hanya bisa mengamati perkembangan di Pos Pengamatan Gunung Tangkubanparahu yang berjarak sekitar 6 km dari Kawah Ratu. ”Semoga saja kondisi ini kembali normal,” kata pedagang suvenir di TWA Tangkubanparahu, Haris,45. Pedagang lainnya,Ishak,46, terus bersiaga jika sewaktuwaktu status Gunung Tangkubanparahu naik. Jika hal itu terjadi, dia akan membawa seluruh barang dagangan ke rumahnya di Desa Cikole agar tak merugi.
”Di objek wisata lain sudah ada pedagang lama yang menetap, masa kami mau masuk? Jadi, terpaksa selama penutupan Tangkubanparahu, saya tidak berjualan,”ucapnya. Kepala Desa Cikole Jajang Ruhiyat meminta Pemkab Bandung Barat ikut memikirkan nasib 1.080 pedagang di Tangkubanparahu yang menganggur. Sebab, roda perekonomian mereka dan keluarga menjadi tersendat,sehingga perlu alternatif pengalihan usaha.
”Paling tidak, Dinas bisa memberikan pelatihan pembentukan karakter agar ada solusi dari persoalan yang dihadapi pedagang,”ujarnya. Beberapa objek wisata di bawah pengelolaan Perhutani KPH Bandung Utara dibanjiri pengunjung. Sebab, penutupan TWA Tangkubanparahu membuat banyak orang mengalihkan ke tujuan wisata alternatif. ”Banyak pengunjung Tangkubanparahu yang beralih ke Curug Cimahi dan kenaikannya sangat signifikan,” kata Administratur/KPH Bandung Utara Daniel Budi Cahyono.
Selama libur Lebaran lalu, Curug Cimahi mengantongi pemasukan Rp118 juta. Padahal, pada Lebaran 2011 pendapatan hanya Rp70 juta. Sementara dari Cikole Jayagiri Resort yang lokasinya berdekatan dengan TWA Tangkubanparahu membukukan pemasukan Rp200 juta selama liburan Lebaran. Kepala Resort Pemangku Hutan (KRPH) Cisarua Perhutani KPH Bandung Utara Eem Sulaeman menambahkan Curug Cimahi di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua sudah menjadi tujuan utama wisata. Kebanyakan pengunjung dari Karawang, Bekasi, Jakarta, Indramayu, Cirebon, Kuningan,dan Majalengka.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf meminta koordinasi antara Pemkab Subang dan Kabupaten Bandung Barat (KBB) ditingkatkan seiring aktivitas Gunung Tangkubanparahu. Dia mengimbau PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) selaku pengelola TWA Tangkubanparahu menutup objek wisata ini dari kunjungan wisatawan. ”Jika mereka (PT GRPP) tetap membuka TWA Tangkubanparahu artinya membandel,”kata Dede.
Bupati Subang Ojang Sohandi mengatakan, pihaknya menyediakan dana tanggap darurat sebesar Rp4 miliar.Anggaran itu tidak hanya untuk penanganan Tangkubanparahu, melainkan bencana secara umum. Wilayah terdekat Gunung Tangkubanparahu sejauh 2,5 km yakni Desa Cicadas, Sagalaherang, dan Sariater. adi haryanto
Sumber : www.seputar-indonesia.com