Jaringan teroris Jakarta-Solo yang berhasil dibongkar ternyata sudah menyiapkan sejumlah sasaran dan pelaku bom bunuh diri atau pengantin yang akan melakukan peledakan. Hal ini terungkap berdasarkan pengakuan tersangka teroris Muhammad Toriq yang menyerahkan diri ke polisi.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengungkapkan, ada empat titik yang menjadi target: Kantor Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri; Markas Komando Brimob Polda Metro Jaya di Kwitang,Jakarta Pusat; Pos Polisi di Salemba, Jakarta Pusat; serta Komunitas Masyarakat Buddha di Jakarta.
Tempat yang terakhir disebut menjadi sasaran karena dianggap bertanggung jawab terhadap pembantaian umat muslim Rohingya di Myanmar. Aksi teror terhadap empat target tersebut akan dilakukan kemarin.Toriq sendiri mengaku sudah menyiapkan diri sebagai salah satu pengantin.Namun rencana tersebut tidak terwujud karena jaringannya secara tidak sengaja terbongkar dan Toriq menyerahkan diri ke polisi.
“Apa yang dilakukan Toriq adalah merencanakan aksi terorisme,” kata Boy di Mabes Polri kemarin. Seperti diketahui, Toriq, yang diduga sebagai pemilik rangkaian bahan bom di Tambora, Jakarta Barat, menyerahkan diri pada Minggu (9/9) lalu di Pos Polisi Jembatan lima, Tambora.SetelahToriq menyerahkan diri,penyidik Polda Metro Jaya dan Densus 88 langsung memeriksanya. Kepada polisi dia mengaku merindukan dan mengkhawatirkan kondisi keluarganya.Setelah ditemukannya rangkaian bom di Tambora, istri dan ibu bersangkutan diamankan polisi.
Dalam pemeriksaan terungkap bahwa surat wasiat yang ditemukan polisi di Yayasan Yatim Piatu Bidara,Beji, Depok, adalah tulisan tangan Toriq. Dalam surat itu dia meminta maaf kepada ibu, istri, dan anaknya, serta mengaku tengah mencari rida Allah SWT untuk masuk surga. Toriq ternyata salah seorang yang diketahui melarikan diri seusai terjadi ledakan di Beji,Depok,Sabtu (8/9) lalu.
Diduga ada tiga orang yang melarikan diri sesaat setelah bom Beji meledak. Polisi belum mengungkap identitas orang yang melarikan diri selain Toriq. Polisi juga belum menjelaskan siapa korban sekaligus tersangka (Mr X) yang kini masih dirawat di RS Polri Kramatjati. Untuk membongkar jaringan Jakarta-Solo,Densus 88/Antiteror kemarin menangkap Arif, teman Toriq.Arif dijemput dari rumahnya di Desa Susukan RT 002/008,Bojong Gede,Bogor,pada pukul 09.00 WIB.Arif juga diketahui sebagai teman dari Anwar, terduga teroris lain.
Seharihari dia bekerja di sebuah toko aksesori motor dan mobil di Mangga Besar,Jakarta Pusat. Selain itu,Densus 88 kemarin menangkap empat orang terduga teroris di Ambon,Maluku. Mereka adalah Sukri, Jimmy alias Zum,Baharuddin,dan Imran. Dari penangkapan ini polisi menyita sebuah senjata api jenis MK3 dan SS1,sebuah granat dan pelontar,serta beberapa amunisi 10.000 butir siap pakai. Mereka diduga terkait dengan pelatihan di Poso,Sulawesi.
Ketua RW 008, Deni Iskandar, menuturkan,Arif kenal dengan Anwar di Depok sejak Maret 2012. Kepada Arif, Anwar meninta tolong untuk dicarikan kontrakan.Arif kemudian menunjukkan rumah kontrakan di dekat rumahnya yang berjarak sekitar dua lima meter. “Mereka (bertiga) mengontrak sudah empat bulan. Namun, Arif sudah tidak ada komunikasi sejak dua bulan lalu, karena Anwar mengajak Arif untuk berjihad.
Arif melihat gelagat aneh,makanya memutuskan untuk menghindarinya.Dia (Arif) sempat bekerja di yayasan yang meledak kemarin.Tapi cuma seminggu.Anwar sering menelepon Arif sampai-sampai dia ganti nomor,”tutur Deni. Saat digeledah rumah kontrakan tersebut sudah tak berpenghuni. Ketiganya sudah berpamitan pindah ke tetangga sebelah pada Kamis (6/9) dengan alasan jarak rumah terlalu jauh dengan tempat usaha.
Dalam penggeledahan itu polisi menemukan beberapa bahan peledak, di antaranya pipa paralon yang dipotong diisi bahan pembuat bom, kantong pembuat bom,besi untuk membuat laras dan peredam,masker, tujuh butir magasin kaliber 9 mm, timbangan, gelas tabung kimia,dan sarung senjata. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengatakan, ada kemiripan bahan peledak yang baru ditemukan di Bojong Gede dengan temuan bahan peledak di Tambora dan Depok.
Di Tambora,barang bukti yang ditemukan berupa belerang, arang, potasium, serbuk aluminium,paku 2 dus,paralon panjang 4 m, lakban,peralatan elektronikuntuk switch,baterai9 volt4buah,beberapadetonator,5 potong paralon ukuran 25 cm berisi bahan peledak yang sudah dilakban tanpa power.
Santri Tolak Pesantren Disebut Sarang Teroris
Ribuan santri di Kabupaten Ciamis menolak pondok pesantren disebut sarang teroris. Mereka menyerukan pesantren menjadi bagian penting sebagai agen perubahan dan pembangunan bangsa. Seruan itu disampaikan 6.000 santri saat menghadiri silaturahmi pondok pesantren se-Kabupaten Ciamis yang dihadiri Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Gedung Islamic Centre (IC) Kabupaten Ciamis,kemarin.
Sekretaris Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kabupaten Ciamis Fadlil Yani Ainusyamsi menegaskan pesantren tidak pernah mengajarkan terorisme, apalagi tindak anarkistis dan peperangan. “Kami menolak pesantren dicap sarang teroris,” katanya. Menurut dia, pesantren sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka.
Bahkan,santri dan pesantren adalah bagian yang ikut mendorong kemerdekaan RI. Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan,tidak perlu ada klarifikasi karena memang pesantren bukan sarang teroris, melainkan tempat menimba ilmu. “Saya orang pesantren, sejaksaya masuk sampai dewasa tidak pernah diajarkan menjadi teroris.Beberapa pelaku teroris ada yang pernah belajar di pesantren, itu hanya segelintir oknum dari jumlah santri yang sangat banyak,”ujarnya.
Kapolres Cirebon Kabupaten AKBP Hero Henrianto Bachtiar mengungkapkan, potensi terorisme tergolong nihil di wilayah hukumnya. Sejauh ini Kabupaten Cirebon masih kondusif meski belakangan isu terorisme merebak di sejumlah daerah. “Kalau ada informasi gerakan terorisme di Kabupaten Cirebon, itu masih butuh data valid.Kami selalu berkoordinasi dengan Densus 88,”ujarnya.
Sementara itu,Jama,62,kuli bangunan yang juga warga Desa/ Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, menemukan 85 butir peluru dan tiga buah selongsong saat memperbaiki rumah purnawirawan polisi.Temuan itu diserahkan ke menantunya Sukarno,37,warga Perum Puri Cirebon,Talun.
Sukarno yang bekerja sebagai juru parkir dan pemulung juga menemukan 17 butir peluru di bawah jembatan Jalan Raya Kemlaka,Kecamatan Kedawung. Karena situasi yang sedang ramai isu terorisme, Sukarno menyerahkan temuan berupa 105 butir peluru kepada petugas Brimob Detasemen C Polda Jabar. krisiandi sacawisastra/ r ratna purnama/ ujang marmuksinudin/ erika lia.
Sumber : www.seputar-indonesia.com