Abrasi yang terjadi di pesisir pantai Kabupaten Indramayu terus meluas. Berdasarkan data, luas pesisir pantai yang terkena abrasi ini mencapai 2.577,64 hektare.
Tergerusnya pesisir pantai di kawasan Indramayu itu tidak hanya diakibatkan faktor alam.Aktivitas pembangunan yang berada di pesisir pantai juga disinyalir menjadi salah satu penyebab utamanya. Berdasarkan data dari Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu, luas lahan yang terkena abrasi terus meluas. Pada 2005 lalu, lahan yang terkena abrasi hanya seluas 2.143,10 hektare dan pada pendataan terakhir pada 2010 telah mencapai 2.577,64 hektare.
Pesisir pantai yang tergerus abrasi itu tersebar di sepuluh kecamatan yakni Juntinyuat seluas 406,33 hektare; Krangkeng 293,13 hektare; Karangampel 48,95 hektare; Balongan 201,81 hektare; Indramayu 197,07 hektare; Pasekan 145,67 hektare; Losarang 419,34 hektare; Kandanghaur 342,87 hektare; Sukra 382,61 hektare; dan Patrol 139,86 hektare. “Abrasi pantai banyak terjadi akibat pengaruh faktor alam dan aktivitas pembangunan.Untuk tahun ini, kami masih terus melakukan pendataan,” ujar Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu Joko Zakaria Hartawan kemarin.
Dia menyebutkan, faktor alam penyebab abrasi terjadi akibat sedimentasi yang berlangsung lama dari material endapan yang dibawa dari daerah aliran sungai Cimanuk. Selain itu, karakteristik pantai di Indramayu yang mengandung lumpur dan berpasir juga memudahkan terjadinya abrasi. “Tingginya gelombang dan kencangnya tiupan angin dan arus laut juga menjadi penyebab abrasi,”ungkapnya.
Tak hanya itu, adanya pembangunan yang menjorok ke laut juga menjadi faktor penyebab terjadinya abrasi.Salah satunya pembangunan Jetty. Sedangkan faktor penyebab lain dari abrasi adalah rusaknya hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi.
Karenanya, kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian mangrove sangat dibutuhkan untuk mengatasi terjadinya abrasi. Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi terjadinya abrasi yakni melalui cara vegetasi penghijauan dan pembangunan sipil teknis.
Sementara itu,Kasi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu Tati Suhartati menambahkan vegetasi penghijauan diterapkan untuk karakteristik pantai yang berlumpur dengan cara menanam kembali hutan mangrove.Sedangkan untuk karakteristik pantai yang berpasir, digunakan cara sipil teknis dengan membangun break water atau pemecah ombak.
Ketua Koalisi Masyarakat Pesisir Indramayu (KOMPI) Juhadi Muhammad mengatakan,hutan pantai yang selama ini menjadi jalur hijau,sebagian hanya tinggal onggokan tonggak pohon mangrove di tengah area tambak.” KOMPI juga berupaya menggandeng pihak swasta untuk mengatasi abrasi dengan melakukan penanaman mangrove di pesisir pantai,”katanya. tomi indra
Sumber:seputar-indoensia.com