Sebanyak 10 unit bus Trans Metro Bandung (TMB) koridor I yang melayani rute sepanjang Soekarno Hatta (Cibiru – Cibeureum) segera beroperasi minggu ini.
Sekretaris Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung E Mulyana mengatakan, beroperasinya TMB karena sudah diketahui pemenang tender yang mengoperasikannya pada Oktober lalu.“PT Bianglala dinyatakan pemenang tender. Dengan begitu, 10 bus mulai beroperasi melayani warga,” ujarnya di Balaikota Bandung, Jalan Wastukencana,kemarin.
Menurut dia, operasional bus TMB sudah diketahui pelanggan tetap,namun sebagian masyarakat lainnya belum mengetahui keberadaan bus tersebut. “Hal ini akibat minimnya sosialisasi,” ucapnya. Dia berharap koridor I bisa ditambah armadanya untuk menampung keinginan masyarakat. “10 unit memang belum cukup untuk melayani masyarakat. Untuk itu,kami berharap sesegera mungkin menambah armadanya,” kata Mulyana. Dia menjelaskan, selter koridor I baru terpasang 22 unit dari total 32 selter.“10 selter lagi belum rampung karena menunggu pemutusan kontrak dengan PT Horison,” ucapnya.
Sedangkan,selter koridor II baru diproses 19 unit dari jumlah 32 selter. “Mudah-mudahan pertengahan November bisa selesai dan siap digunakan,” katanya. Pelaksana proyek pembangunan TMB koridor I Cibiru – Cibeureum, PT Arkindo memprotes pengambilalihan pembangunan selter oleh Pemkot Bandung.Direktur PT Arkindo Use Anwas mengungkapkan, pihaknya sudah mengeluarkan modal besar untuk membangun selter,namun dengan semena- mena pemkot memutuskan kerja sama dengan PT Horison selaku investor.
“Saya sebagai pelaksana sudah melakukan kewajiban membangun selter sebanyak 32 unit. Dengan rencana itu berarti mengorbankan saya yang sudah mengeluarkan banyak modal,” ujar Use. Menurut dia, pembangunan selter hingga saat ini belum dibayar oleh PT Horison. Dia mengaku sudah merogoh kocek sebesar Rp4,5 miliar dari nilai kontrak Rp9,5 miliar untuk pembangunan selter.
“Saya juga sudah membuat billboard berukuran tinggi 13 meter, lebar 4 meter, dan panjang 7,8 meter. Bila dikalkulasikan satu billboard itu Rp150 juta,total yang dikeluarkan mencapai Rp3 miliar dengan membuat 20 billboard,”jelasnya. Dia mempertanyakan pengambilalihan proyek. “Saya mengerjakan sesuai kontrak, kalau tiba-tiba diambil seperti ini siapa yang akan membayar?” kata Use. Dia berharap pada kasus ini, Pemkot Bandung atau Dinas Perhubungan bersikap bijak.
“Jadi jangan sampai diacuhkan,” ucapnya.Dia pun menyadari kejadian ini lebih diakibatkan sikap wanprestasi dari PT Horison. Dia menyarankan permasalahan ini tetap dikerjasamakan dengan mencari investor, karena pelaksanaan sudah dilakukan jadi tinggal membayarkan sesuai progres. “Kami tidak setuju diambil alih karena billboard saya yang sudah dikerjakan, siapa yang tanggung jawab. Itu kan sudah ada kontraknya,”ujar Use. yugi prasetyo
Sumber:seputar-indonesia.com