Sejumlah tim evakuasi menggunakan alat berat dibantu warga setempat mencari korban longsor yang belum ditemukan di Desa Sadu, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, kemarin. Akibat longsor, akses Jalan Raya Bandung – Ciwidey maupun sebaliknya terputus.
BANDUNG – Beberapa daerah di Jawa Barat dilanda banjir dan longsor, kemarin. Di Kabupaten Bandung, empat warga tewas akibat bencana alam tersebut. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung memastikan longsor di Kampung Sungapan, Desa Sadu,Kecamatan Soreang,menelan dua korban jiwa.Keduanya yakni Rostini, 46, bersama bayi perempuannya Siti Tresna Asih, 9 bulan.
Anak pertamanya, Muhamad Rosi Anwar, 13, yang duduk di bangku SMP selamat karena berhasil lari keluar rumah yang tergerus longsoran tanah, Minggu (18/11) malam. Selain korban longsor, banjir di Komplek Perumahan Cingcin Permata Indah (CPI), Desa Cingcin,Kecamatan Soreang, menelan seorang anak. “Menurut laporan, jasadnya sudah ditemukan,tapi kami belum mengetahui identitasnya,” ujar Kepala BPBD Kabupaten Bandung Marlan.
Di Kecamatan Dayeuhkolot, jasad korban banjir belum ditemukan. “Memang ada laporan korban terseret arus deras Sungai Citarum di Dayeuhkolot, tapi kami belum dapat identitasnya dari kecamatan setempat,” katanya. Marlan menjelaskan, Jalan Soreang-Ciwidey yang merupakan akses vital jalan provinsi terputus total akibat longsor yang menimbun sepanjang 100 meter badan jalan dengan ketinggian timbunan longsor mencapai 3 meter.
Arus lalu lintas terputus lebih dari 17 jam dan baru bisa dibuka sekitar pukul 13.00 WIB kemarin setelah material longsor dibersihkan. Sepanjang akses jalan terputus, ratusan wisatawan dari Ciwidey menuju kembali ke Jakarta tak mampu berbuat banyak selain tidur di bus atau berbalik arah untuk menginap di hotel dan penginapan terdekat. Jalur perekonomian lumpuh, jaringan telepon dan listrik padam karena ada tiang listrik yang roboh tertimpa longsoran.
Korban selamat, Rosi mengatakan, saat kejadian dirinya sedang tidur bersama ibu dan adiknya yang masih bayi. Dia sangat kaget saat tidurnya dibangunkan suara dahsyat, kemudian tubuhnya terseret longsoran tanah. “Saat terbangun, saya sudah terseret ke tengah jalan, lalu saya berlari ke tempat aman,”ujar Rosi. Ketua RT 4/14 Desa Sadu, Sutarman menuturkan saat awal kejadian dirinya mendengar suara sesuatu yang bergerak turun.
“Ada seperti suara terseret tiba-tiba disusul suara gemuruh yang keras dan listrik mendadak padam,” ucapnya. Dia bersama warga tak mampu melanjutkan evakuasi korban sebab kondisi gelap dan longsoran tanah yang besar. Gubernur Jabar Ahmad Heryawan akan mendorong aktivasi rel kereta api Soreang-Ciwidey ke PT KAI akibat longsor yang memutuskan akses Jalan Raya Soreang-Ciwidey.KA bisa dijadikan transportasi alternatif jika longsor terjadi lagi di jalur Soreang-Ciwidey.
“Agar akses perekonomian tidak terganggu, kami akan dorong aktivasi rel. Memang hal ini merupakan jangka panjang karena kewenangan ada di pemerintah pusat,”kata Heryawan. Pemprov dapat membangun jalan alternatif asalkan ada tanah yang bisa dibebaskan. Gubernur mengimbau masyarakat di sekitar pegunungan agar direlokasi terlebih saat ini memasuki musim penghujan.Menurutnya, bencana banjir dan longsor sudah menjadi masalah tahunan yang dihadapi Jabar,karena secara geologis wilayah Jabar merupakan tanah yang rentan sehingga mudah longsor.
Di Kota Cimahi, beberapa ruas jalan yang tergenang setinggi lutut orang dewasa mengakibatkan lalu lintas lumpuh sekitar lima jam.Hal ini disebabkan buruknya saluran pembuangan.Tak hanya jalan, sejumlah rumah dan SPBU di kawasan Cimahi Selatan terendam. Titik yang terendam yakni Jalan Cimindi,Amir Mahmud, Lember,dan Cibabat. Longsor di Kabupaten Tasikmalaya nyaris menewaskan Aji, 70; dan Netiah, 70, pasangan suami-istri warga Kampung Cipingku, Desa/Kecamatan Salawu. Rumahnya roboh tertimbun longsoran tanah dari tebing setinggi 25 meter.Saat terjadi longsor,mereka tengah salat Maghrib berjamaah.
“Material longsor ambruk langsung menimpa kami,beruntung istri saya hanya pingsan,”ucapnya. Kepala Desa Salawu Majid mengatakan, longsor di lokasi sama sudah tiga kali terjadi dan kini pasutri tersebut sudah dievakuasi oleh anggota Polsek dan Koramil Salawu dibantu warga. “Hal ini telah dilaporkan ke BPBD setempat untuk mendapatkan bantuan. Kampung Cipingku memang daerah rawan longsor di Salawu terlebih kondisi rumah warga berada di tebing-tebing terjal dengan kontur tanah yang labil dan rawan longsor,”kata Majid.
Longsoran tanah tebing menutup badan Jalan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, menyebabkan sepeda motor dan mobil tidak bisa melintasi akses jalan utama menuju kawasan pusat kota maupun sebaliknya.Material tanah longsor telah menutupi badan jalan aspal setinggi 15 meter dengan panjang sekitar 20 meter diKampungCikuda,DesaPusparaja. Longsor juga terjadi diKampung Tanjaknangsi,Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, yang menimpa areal persawahan serta mengancam beberapa rumah warga.
Di Kabupaten Garut, Jalan Raya Garut-Pameungpeuk di Kampung Ciawi, Desa Karamatwangi, Kecamatan Cikajang, tertutup longsor sepanjang 10 meter dengan ketinggian 2 meter. Akibatnya, arus lalu lintas dari dan menuju kawasan Garut Selatan sempat terputus total selama dua jam. Camat Cikajang Ganda Permana mengatakan,longsor terjadi setelah tebing di pinggiran jalan setinggi 25 meter ambrol menutupi badan jalan.
Labilnya kontur tanah diprediksi menjadi penyebab peristiwa ini. “Hujan terus menerus sejak beberapa pekan terakhir. Karena tebingnya labil,longsor pun terjadi,”ucapnya. Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sukabumi berturut- turut sepanjang lima hari lalu mengakibatkan 10 kecamatan dilanda banjir dan longsor.10 kecamatan itu yakni Kadudampit, Sukabumi, Kalapanunggal, Kabandungan, Cisolok, Parungkuda,Pabuaran, Caringin,Cisaat,dan Sukaraja.
Di Kota Sukabumi dilaporkan tiga dari tujuh kecamatan dilanda banjir dan longsor yakni Warudoyong, Citamiang,dan Gunung Puyuh.Hasil pendataan Dinas Sosial,Tenaga Kerja, dan Penanggulangan Bencana (Dinsostek PB) setempat,sebanyak 125 rumah warga di Kelurahan Sukakarya,Kecamatan Warudoyong,terendam banjir.“ Banjir diduga akibat jebolnya tanggul irigasi,”kata Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Dinsostek PB Kota Sukabumi Hendra Resmanda.
Banjir juga melanda Desa Cikao Bandung,Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. Wilayah yang berada tepat di bawah tanggul Waduk Jatiluhur kembali harus mengungsi lantaran meluapnya Sungai Cinangka, kemarin. Ketinggian air berkisar 50-70 cm dan menggenangi puluhan rumah. Menurut Ujang,40,warga setempat, awalnya tidak menyangka Sungai Cinangka akan meluap. Sebab,hujanderasyangterjadi sehari sebelumnya tidak menunjukkan tanda-tanda akan banjir.
“Namun,karenacurahhujan cukup tinggi akhirnya banjir merendam perumahan,” katanya. Staf Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Neneng Sugianti mengungkapkan, hujan yang terus mengguyur wilayahBandungdansekitarnya perlu diwaspadai. Selain banjir cileuncang dan pohon tumbang, Bandung juga menyimpan potensi bencana longsor.
“Kewaspadaanmasyarakatharusmakin ditingkatkan terutama yang tinggaldidaerahmiring.Apalagi semakin berkurangnya wilayah hijau,sehingga intensitas hujan tinggi bisa mengakibatkan longsor,” ujarnya. Berdasarkan pantauan BMKG, di wilayah Bandung hari ini (besok) akan terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga deras.Khusus Bandung bagian utara, selatan, dan tengah, hujan yang turun akan disertai petir.
“Peralihan musim kemarau ke hujan bisa menyebabkan pergerakan tanah. Karena, tidak ada penghijauan di daerah pegunungan sehingga air tidak tertampung dan menyebabkan pergerakan tanah atau longsor, apalagi hujan yang turun dalam intensitas tinggi,” jelasnya.Tidak hanya di Bandung, masyarakat Jabar harus tetap waspada.Apalagi topografi Jabar yang rawan bencana longsor.BMKG memprediksi puncak musim hujan terjadi Januari-Februari 2013.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Dadan Ramdan mengatakan,daerah di cekungan Bandung rawan bencana baik banjir maupun longsor termasuk di Kota Bandung. “Yang rawan longsor dan banjir adalah kawasan Bandung Utara, salah satu penyebabnya adalah adanya alih fungsi lahan.Yang awalnya kawasan resapan dan hutan lindung berubah menjadi hutan beton baik itu hotel,apartemen, dan tempat wisata,”ujarnya.
Walhi mendorong terbentuknya moratorium izin, sehingga tidak ada lagi izin baru yang dikeluarkan pemerintah untuk penggunaan lahan di kawasan Bandung Utara.“Ini memang upaya jangka pendek.Selanjutnya, upaya lain yaitu merestorasi kawasan hutan lindung. Salah satunya dengan melakukan penanaman di lahan kritis, sehingga bisa memulihkan kembali kawasan Bandung Utara,”katanya.
Data BMKG menyebutkan kawasanSoreangmengalamihujan ekstrem dibanding wilayah lain. Peneliti BMKG M Iid mengatakan, di Bandung hujan turun dengan intensitas 58,1 mm per hari, di daerah lain seperti Lembang curah hujannya 48,5 mm per hari, di Cileunyi hujan turun dengan intensitas lebih rendah yaitu 34 mm per hari, serta curah hujan paling rendah adalah Padalarang dengan intensitas 32 mm per hari.
“Intensitas curah hujan di Soreangmencapai129mmperhari, ini tergolong ekstrem karena di atas 100 mm per hari,”ujarnya. Menurutnya, hujan ekstrem di Soreang akibat beberapa faktor yakni gangguan di sekitar Pulau Jawa. Dari analisa BMKG pada Minggu (18/11) pagi di Jabar terjadi pertemuan beberapa massa udara atau konvergen, sehingga potensi pembentukan awan-awan konvektif cukup tinggi.“BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk hati-hati terhadap banjir dan longsor,”imbuhnya. iwa ahmad sugriwa/ nanang kuswara/ fani ferdiansyah/ toni kamajaya/ asep supiandi/ masita ulfah/ agung bakti sarasa/ CR-2
Sumber:seputar-indonesia.com