Banjir yang terjadi di Kabupaten Bandung dan sekitarnya menyebabkan beberapa pabrik tekstil mesti menghentikan produksinya. Berdasarkan pantauan yang dilakukan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), tidak kurang dari 8 pabrik tekstil skala menengah mesti berhenti berproduksi dan kerugian yang diakibatkan hal tersebut mencapai miliaran rupiah.
Demikian diungkapkan Ketua Umum API, Ade Sudrajat kepada “PRLM” di Bandung pada Senin (19/11). “Kerugian secara rinci masih belum bisa dipastikan karena laporan masih belum masuk semuanya. Sementara ini, total kerugian masih di bawah Rp 5 miliar dan kami berharap kerugian tidak lebih dari angka tersebut,” katanya.
Sementara itu, tidak berproduksinya sejumlah pabrik menyebabkan ribuan karyawan tidak dapat melakukan pekerjaannya. “Angka pasti belum diketahui tapi sementara tidak melebihi angka 10 ribu karyawan. Sebagian di antaranya tidak dapat menuju tempat kerja dan sebagian lagi terjebak di pabrik karena ketinggian air mencapai 1,5 meter dan kendaraan tidak bisa lewat,” kata Ade.
Ia menjelaskan, bahkan sebagian pabrik mesti menghentikan produksi untuk jangka waktu yang lama karena beberapa bagian pabrik termasuk alat produksi terendam air. “Butuh waktu lama untuk bisa kembali berproduksi karena harus memastikan seluruh alat aman untuk digunakan terutama alat elektronik. Berdasarkan pengamatan kami setidaknya pabrik mesti tutup tidak kurang dari 7 hingga 10 hari,” tutur Ade.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Jabar, Ferry Sofwan Arif mengatakan, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) skala menengah di daerah tersebut memang lebih rentan untuk terkena dampak akibat banjir. “Mereka pada umumnya tidak memiliki antisipasi khusus dalam menghadapi banjir. Berbeda halnya dengan beberapa perusahaan besar yang sudah mempersiapkan antisipasi seperti contohnya sistem drainase dan peninggian posisi pabrik,” katanya.
Ferry mengatakan, salah satu solusi yang mengemuka adalah adanya relokasi terhadap para pengusaha skala menengah tersebut ke Majalengka, tapi hal tersebut akan memakan biaya yang cukup besar. “Relokasi memang bisa menjadi alternatif solusi, tapi biayanya besar dan itu merupakan pilihan bagi para pengusaha tersebut,” katanya.
sumber : pikiran-rakyat.com