Teka-teki pendamping incumbentDede Yusuf akhirnya terkuak. Wakil Gubernur Jawa Barat itu memilih mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Lex Laksamana sebagai calon wakil gubernur (cawagub) dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2013.
“Kami yakin koalisi partai besar terdiri dari Demokrat, PAN, PKB, dan Gerindra mampu mengantarkan pasangan Dede Yusuf-Lex Laksamana ke puncak kemenangan,” ujar Ketua Tim Sukses Partai Demokrat Jabar Didin Supriadin,kemarin. Menurut dia, empat partai itu memiliki kader yang jelas jumlahnya. Dede dan Lex dinilai sama-sama mempunyai keunggulan di mata masyarakat. “Dede Yusuf sangat mumpuni elektabilitas dan popularitasnya. Sementara Lex punya banyak pengalaman sebagai birokrat dan sangat mengetahui Jabar,”katanya.
Didin mengatakan, pada hari ini seluruh partai koalisi termasuk pasangan yang diusung akan berkumpul untuk merumuskan strategi pemenangan.“ Nanti pada 10 November pasangan yang kami usung mendaftar ke KPU Jabar,” ucapnya. pasangan calon dan koalisi parpol semakin jelas menjelang akhir pendaftaran cagub dan cawagub.Selain koalisi Demokrat, Gerindra,PAN, dan PKB, parpol lainnya PKS dipastikan berkoalisi dengan PPP dan Partai Hanura. PDIP menegaskan melenggang sendiri. Sedangkan Partai Golkar belum menyebutkan partai mana yang mau dijadikan kawan.
“Kita lihat saja sampai pendaftaran,nggakboleh mendahului kehendak Tuhan.Tunggu saja sampai mereka daftar,” ujar Wakil Sekretaris DPD I Partai Golkar Jabar Pulihono. Golkar akan memberi kejutan pada menit-menit terakhir menjelang penutupan pendaftaran pasangan calon. Rencananya,cagub Irianto MS Syafiuddin (Yance) dengan pasangannya akan mendaftar pada pukul 22.00 WIB, Sabtu (10/11). “Saya tidak bisa menyebutkan siapa nama pendamping Pak Yance,”ucapnya. Incumbent Ahmad Heryawan resmi didukung tiga partai yakni PKS, PPP, dan Hanura.
“Pertimbangan paling utama kenapa kami memilih PKS dan mendukung Kang Aher (Ahmad Heryawan) sebagai cagub adalah komitmen beliau membangun Jawa Barat,” kata Sekretaris Umum DPW PPP Jabar Komarudin Taher. Alasan lain koalisi karena masing-masing memiliki kesamaan ideologi yakni Islam. Selain itu,popularitas,elektabilitas, dan efektivitas Ahmad Heryawan juga menjadi bahan penguatan bagi PPP untuk koalisi.“ Kang Aher konsisten menjunjung tinggi kondusivitas partai Islam di Jabar,” ujar Komarudin.
Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPD PKS Jabar Triska Hendriawan mengaku sudah mengerucutkan beberapa nama pendamping Heryawan.“Mungkin beberapa nama itu akan berubah. Sebab, proses penjaringan internal sifatnya dinamis,” katanya. Triska yang juga Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bandung ini mengatakan, final penetapan cawagub dilakukan saat pendaftaran pada 10 November. Sebab,pihaknya tidak ingin membuat bingung masyarakat dalam menyoroti cawagub dari PKS.
Yang pasti,cawagub tersebut sudah ditetapkan di internal DPD. DPD PDIP Jabar memastikan mengusung Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki sebagai cagub dan cawagub. “Siang ini diumumkan DPP bahwa pasangan yang diusung adalah Rieke Diah Pitaloka- Teten Masduki,” ujar Ketua DPD PDIP Jabar TB Hasanudin.
Teten Mundur dari TII
Sementara itu, Transparency Internasional Indonesia (TII) menyatakan Teten Masduki telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal TII pada 1 November lalu. “Pengunduran dirinya dari jabatan tersebut terkait dengan keikutsertaanya dalam kompetisi politik Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat,“ kata Sekretaris Dewan Pengurus TII Anung Karyadi dalam siaran pers TII yang diterima SINDO,kemarin. Menurut dia, sosok Teten tidak dapat dilepaskan lagi dari gerakan antikorupsi di Indonesia. Teten adalah pendiri Indonesia Corruption Watch (ICW) dan menjadi koordinator lembaga ini selama lebih dari setengah dekade.
Kalla Diminta Objektif
Perekrutan politis seperti untuk calon kepala daerah yang hanya berdasarkan popularitas tokoh dinilai kurang tepat. Sebab, hal itu akan berakibat pada kurangnya kualitas dan performa para kepala daerah terpilih. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) prihatin dengan pergeseran nilai dalam merekrut calon kepala daerah tersebut. Banyak kepala daerah dipilih dari sosok populer meski kurang memiliki performa sebagai pemimpin.
“Terjadi tumpang tindih karena semua diberatkan pada popularitas,bukan performanya,” ujar dia seusai acara round table discussion “Penguatan Kepemimpinan Nasional di Daerah dalam Implementasi Sistem Manajemen Nasional guna Percepatan Pembangunan Nasional” di Gedung Lemhanas,Jakarta Pusat,kemarin. Apalagi akhirnya,menurut JK, semua menjadi semakin terbatas karena rekrutmen politis diputuskan oleh partaipartai. Akhirnya,agar menang, pilihannya pada orang yang terkenal saja tapi tidak melihat performa.
‘’Ini perlu dipikir ulang,”tegasnya. Mantan Ketua Umum Partai Golkar itu mencontohkan pemilihan kepala daerah di Jawa Timur yang banyak mencalonkan kiai karena umumnya populer di masyarakat.“Dan di Jabar (Jawa Barat) banyak artis,”kata Ketua Umum PMI ini. Pernyataan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menyesalkan tren kepala daerah artis di Jawa Barat dinilai kurang tepat. Sebab tidak sedikit kepala daerah yang bukan artis, namun kinerjanya buruk.
“JK seharusnya tidak beropini seperti itu yang penting kan calon yang kita usung di Pilgub Jabar (Rieke Diah Pitaloka) terbukti memiliki kualitas dan elektabilitas,” kata Ketua DPD PDIP Jabar TB Hasanuddin. Menurut dia, Rieke sejak menjadi anggota DPR sudah total meninggalkan dunia keartisannya. Kini kualitas Rieke sebagai politisi mapun sebagai wakil rakyat sudah bisa diuji.Di antaranya,total memperjuangkan hak pekerja, tenaga kerja Indonesia (TKI) termasuk memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang kesehatan.
Sementara fungsionaris Partai Demokrat Jabar, Yan Rizal Usman mengatakan, Dede Yusuf sebagai calon Gubernur Jabar yang sudah secara resmi diusungnya memang meniti karir di dunia akting. Dia mengatakan, Dede sudah lama meninggalkan dunia keartisannya. Sebab dia total terjun di dunia politik sampai mencalonkan diri dan terpilih menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat. atep abdillah kurniawan/ iwa ahmad sugriwa/ adam prawira
Sumber:seputar-indonesia.com