Hampir 200.000 orang kehilangan rumah mereka dan 475 orang kemarin dinyatakan tewas akibat topan Bopha yang disebut badai terburuk pada tahun ini.Pemerintah Filipina pun telah meminta bantuan internasional untuk menangani tragedi itu. Topan Bopha melintasi Pulau Mindanao pada Selasa(4/12) dan menghancurkan keseluruhan kota di pulau tersebut. Topan itu membawa angin kencang dan hujan deras yang memicu banjir dan tanah longsor.
Tak kurang dari 179.000 orang terpaksa menginap di sekolah dan pusat olahraga akibat rumah mereka yang disapu topan.Sebagian besar para korban bencana adalah warga miskin yang terkena dampak longsor seperti di Kota New Bataan dan Monkayo.Umumnya mereka adalah migran yang bekerja di penambangan emas ilegal di sekitar pegunungan. Menurut Mayor Jenderal Ariel Bernardo, komandan militer yang ikut dalam operasi penyelamatan, 258 orang dilaporkan tewas dari wilayah pantai timur Mindano.
Sementara 191 orang ditemukan di wilayah New Bataan dan Monkayo. Kemudian,17 orang lainnya tewas di wilayah lain di Mindanao dan sembilan lainnya di kepulauan Visayan. ”Kita masih mencari 377 orang yang dilaporkan hilang.Tantangan kita adalah mencoba mencari mereka,” katanya kepada AFP. Para korban selamat berusaha memperbaiki rumah mereka untuk dapat ditinggali. Mereka juga mencari berbagai kebutuhan makanan dan minuman.
Selain itu, pencarian keluarga yang hilang juga tetap dilaksanakan meski cuaca belum bersahabat. Kepala Pertahanan Sipil Benito Ramos menolak menyerah untuk mencari korban yang hilang.” Kami tidak memberikan batas waktu selama itu dapat dilaksanakan,” papar dia ketika ditanya sampai kapan operasi penyelamatan dan pencarian dilaksanakan.
Sebenarnya upaya antisipasi juga telah dilaksanakan ketika puluhan ribu orang diungsikan ke pengungsian menjelang datangnya topan.Tapi, barak pengungsian justru lenyap dilanda banjir bandang di satu kota di Compostella Valley. ”Menurut pengakuan korban yang selamat, ada danau kecil di gunung yang membawa air bah tidak hanya sepanjang sungai, tetapi juga hingga meluap seperti air terjun yang menutup seluruh kota,”kata Menteri Dalam Negeri Mar Roxas. Berbagai keajaiban Tuhan terjadi di wilayah bencana itu.
Seorang pria, Carlos Agang, ditemukan terjebak selama dua hari di bawah bebatuan dan reruntuhan bangunan setelah banjir bandang menyapu rumahnya.” Ini sebuah keajaiban ketika saya dapat selamat.Saya pikir saya sudah mati,”katanya. Beberapa anggota tim penyelamat juga berhasil mengevakuasi seorang perempuan hamil yang terjebak di pinggir sungai bersama seorang anaknya berusia satu tahun.
”Saya hanya bisa berdoa dan hingga tersangkut di pinggir sungai,” kata Lenlen Medrano, 23, korban selamat,dikutip Reuters. Pemerintah Filipina berusaha keras memberikan bantuan kepada para korban. Presiden Benigno Aquino telah mengirimkan makanan dan keperluan lainnya bagi 150.000 orang di Mindanao. Menteri Kesejahteraan Sosial Filipina Corazon Soliman menjelaskan, pemerintah telah meminta bantuan Organisasi Internasional untuk Migrasi yang berbasis di Swiss.
Filipina meminta bantuan dalam pendirian tenda sementara sebagai tempat menampung warga yang kehilangan rumah. ”Prioritas kami adalah membangun permukiman sementara,” katanya kepada stasiun televisi ABS-CBN. Baik Amerika Serikat (AS) maupun Jepang telah siap memberikan bantuan darurat. AS telah menawarkan bantuan pada Filipina dan Palau.
”Kedutaan besar kami di Manila dan Koror menawarkan bantuan pascabencana darurat dan kami bekerja sangat erat dengan pemerintah di kedua negara untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan,” kata Wakil Juru Bicara Departemen Luar NegeriMark Toner,dikutip BBC. Topan Bopha ini terjadi hampir setahun setelah topan Washi menyerang Mindanao utara. andika hendra m
Sumber : seputar-indonesia.com