Bukan rahasia umum bahwa presiden pertama RI, Ir. Soekarno banyak diselimuti cerita misteri. Kemisteriusan Soekarno di kalangan masyarakat Bogor pernah sangat beredar, dari mulai peninggalan, petilasan, sampai harta karun dan sebagainya. Maklum-lah, karena memang salah satu alasannya adalah semasa hidupnya, Soekarno sering beristirahat di Bogor.
Konon,Soekarno pernah berwasiat kepada keluarganya bahwa jika kelak beliau wafat agar dikebumikan di Bogor. Istana Bogor pun menjadi saksi bisu tentang keberadaan Soekarno.
Teknik menyamar memang sudah umum dilakukan dalam situasi peperangan, sehingga menayamar pun terkadang dilakukan oleh pejuang-pejuang nasional lain di negara Indonesia.
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) periode tahun 22 Desember 1948 – 13 Juli 1949, dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet Darurat sempat harus bergerak terus untuk berjuang karena Soekarno dan M. Hatta ditangkap Belanda dengan licik sambil menyamar untuk menghindari kejaran dan serangan Belanda.
Banyak cerita bahwa Soekarno, kerap menyamar menjadi gembel dan datang ke suatu daerah secara diam-diam, memakai baju kumel, bau aroma karung, tanpa pengamanan mobil anti peluru dan dan segala macam iming-iming presiden.
Beliau benar-benar mengecek sendiri kerjaan para bawahannya. Soekarno melihat sendiri hasil kerjaannya dengan cara menyamar (cerita Soekarno menyamar lihat: http://galau.blogdetik.com/2012/06/06/).
Ketika penulis masih kecil dan duduk di bangku Sekolah Tingkat Dasar, penulis pernah mendengar dari seorang kakek-kakek (sudah wafat) di kampung bahwa, semasa hidupnya, Soekarno pernah datang ke kawasan tempat tinggal penulis (kata kakek itu) menyamar menjadi petani dengan memakai topi khas petani (“caping”, bahasa Sunda: “cetok”) dalam keadaan hujan.
Antara percaya dan tidak percaya cerita kakek-kakek itu, tapi yang jelas setelah usia penulis menginjak dewasa banyak menderngar cerita masyarakat dan sejarah, bahwa sepertinya Soekarno hoby dalam menyamar untuk tujuan-tujuan tertentu sebagai presiden atau semasa perjuangannya.
Menurut penuturan keluarga mama H. Nali, bahwa mama H. Nali sering memboyong keluarganya untuk bersilaturrahmi ke rumah mama Falak (KH Tubagus Muhammad Falak bin Abbas)
di Pagentongan Bogor.
Maklum, Mama Falak selain merupakan salah satu tokoh central pendidikan agama berbasis pesantren di Bogor juga sering terlibat dalam berjuang melawan penjajahan Belanda.
Suatu hari saat keluarga mama H. Nali bersilaturrahmi ke mama Falak di Pagentongan Bogor, mama Falak sedang banyak menerima tamu. Keluarga mama H. Nali pun bergiliran hendak bertemu dengan mama falak untuk bersilaturrahmi dan meminta do’a keberkahan dari mama Falak.
Selang sebelum keluarga mama H. Nali mendapat giliran masuk ke kamar mama Falak, terlihat seseorang berkaus seperti rakyat biasa, baju kumal keluar dari kamar mama Falak melintasi keluarga mama H. Nali yang sedang antri untuk masuk ke kamar Mama Falak.
Begitu keluarga mama H. Nali giliran masuk kamar, mama Falak berkata kepada keluarga mama H. Nali.
“tahu tidak siapa yang barusan melintasi kalian?, tanya mama Falak kepada anak-anak dan keluarga mama H. Nali.
“Tidak mama!”, jawab sebagian keluarga mama H. Nali kepada mama Falak.
“Itu dia Soekarno (Presiden-ed)!”, mama Falak menjelaskan.
Sejak saat itulah keluarga mama H. Nali pernah menjadi saksi penyamaran Soekarno yang sedang bersilaturrahmi kepada mama Falak di Pagentongan Bogor.
Mama Falak tidak banyak bercerita kepada orang lain mengenai keberadaan Soekarno yang sering menyamar menjadi rakyat biasa kecuali kepada orang-orang tertentu.
Mama H. Nali merupakan salah satu aktor perjuangan melawan Belanda di daerah Bogor, karena itu mama Falak pun tidak segan-segan untuk menceritakan penyamaran Soekarno kepada mama H. Nali sehingga peristiwa tersebut sudah bukan rahasia lagi bagi yang mengetahuinya.
Penulis
Najmudin Ansorullah SHI., S.Pd.I