Pasangan Irianto MS Syafiuddin-Tatang Farhanul Hakim (Intan) dan Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki (Paten) tidak terpengaruh dengan hasil survei Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2013yang dirilis Pusat Kajian dan Kepakaran Statistika (P2KS) Universitas Padjadjaran (Unpad).
Intan dan Paten lebih memperhitungkan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei pembanding setiap pasangan calon. Tim Pemenangan Intan, Pulihono mengatakan, cukup menghargai hasil kerja P2KS Unpad karena rilis survei itu merupakan hasil kerja ilmiah yang didasari kebebasan berkarya secara akademik. Namun,dia memandang hasil survei itu dari berbagai sudut baik metode maupun manajemen.
”Kita lihat dulu person yang melakukannya siapa. Juga masalah pendanaan, karena kita semua tahu bahwa penyelenggaraan survei membutuhkan biaya mahal yang bisa menelan anggaran Rp100- 200 juta,” ujar Pulihono yang juga Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar Jabar itu. Juru Bicara Tim Pemenangan Paten,Abdy Yuhana menegaskan apapun hasil survei dari P2KS, pihaknya tetap yakin memenangkan Pilgub Jabar 2013. Keyakinan itu didasari hasil survei pembanding internal PDIP sebagai parpol pengusung Paten.Hasil survei internal menunjukkan Paten terus menunjukkan peningkatan baik sisi elektabilitas maupun popularitas.
”Lihat saja potensi perubahan pasangan Dede-Lex dan Aher-Deddy itu hanya 54,0% dan 51,3%. Sedangkan Paten mencapai 61,5%. Itu artinya Paten punya peluang paling besar untuk menang, meski dari sisi peringkat berada di bawah Aher dan Dede,” ujar Abdy. Sementara, media massa harus berperan sebagai penentu pada Pilgub Jabar 2013.Ketua KPU Jabar Yayat Hidayat mengatakan, cita rasa panggung politik sebuah pemilihan umum termasuk kepala daerah ditentukan pemberitaan media.
” Dari riset ilmiah yang saya lakukan, 55% cita rasa pemilu ditentukan dari pemberitaan. Masyarakat akan memilih jika mereka melihat proses yang terjadi sehat. Darimana mereka tahu tentang proses? Tentu dari media,”kata Yayat. Riset tersebut diambil ketika Pilkada Kota Depok lalu. Diketahui, terjadi pergolakan hebat di sana.Media mem-blow up pemilihan tersebut dengan pemberitaan negatif. Alhasil jumlah partisipasi pemilih rendah. Ketua Umum Perhimpunan Jurnalis Indonesia Imam Prihadiyoko menambahkan media haruslah memiliki keberpihakkan pada satu sisi.
”Sebuah netralitas tidak akan memberikan manfaat bagi siapapun. Media adalah milik masyarakat dan kepada masyarakatlah media bertanggung jawab. Jadi berpihaklah pada masyarakat,” ungkapnya. atep abdillah kurniawan/ CR-5
Sumber : seputar-indonesia.com