
Warga Jakarta harus tetap waspada. Meski kemarin mulai surut, banjir besar masih mengancam Ibu Kota. Ancaman banjir meningkat karena curah hujan dengan intensitas maksimal, masih akan terjadi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan lebat kembali akan mengguyur Jakarta mulai Selasa pekan depan. ”Ancaman banjir hingga bulan Februari,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di Jakarta kemarin. Sutopo menjelaskan, banjir yang terjadi di Jakarta pada Kamis (17/1) bukan disebabkan kiriman dari daerah hulu, tetapi karena intensitas curah hujan yang tinggi di wilayah Ibu Kota.
Dia menyebut, pada Kamis curah hujan di sejumlah wilayah Jakarta seperti Kedoya mencapai 125 mm, Tanjung Priok 95 mm, Cengkareng 103 mm, sementara daerah lain kurang dari 100 mm. Hujan lokal pada hari yang sama juga membuat ketinggian air di Manggarai mencapai 930 cm. Sebagai perbandingan, tinggi muka air Sungai Ciliwung di Depok pada hari yang sama hanya mencapai sekitar 2 meter (siaga III) sementara di Katulampa sekitar 97 cm (siaga III).
Berdasar penghitungan BNPB,hujan lokal pada hari itu menggenangi wilayah sekitar 41 km persegi atau sekitar 8% dari luas wilayah Jakarta,memberi dampak kepada 97.608 kepala keluarga (KK) atau 248.846 jiwa di 910 RT dan 337 RW dari 74 kelurahan dan 31 kecamatan di Jakarta. Sementara banjir pada 2007 menyebabkan 231,8 km persegi wilayah Jakarta terendam,80 orang meninggal, dan 320.000 warga mengungsi.
Total kerugian pada banjir 2007 tersebut mencapai Rp4,3 triliun. Dari kawasan Bogor, curah hujan dilaporkan menunjukkan penurunan kemarin. Sempat turun hujan dengan intensitas sedang pada pukul 11.00 hingga pukul 14.50 WIB. Namun hal tersebut tidak berpengaruh signifikan pada volume Sungai Ciliwung. Ketinggian air di Bendung Katulampa kemarin secara bertahap mulai turun menjadi 100 cm dengan status siaga III. ”Kondisi debit air di Bendung Katulampa sudah turun jadi 100 cm sejak pukul 16.20 WIB.
Sebelumnya pada pukul 15.40 hingga pukul 16.00 WIB sempat menyentuh 120 cm,” kata petugas jaga Bendung Katulampa Andi Sudirman saat dihubungi pada pukul 16.30 WIB,kemarin. ”Namun warga Jakarta harus tetap waspada karena air Sungai Ciliwung akan kembali meluap, sebab pada pukul 04.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB air sempat menyentuh 200 cm dengan status siaga I dan kemungkinan akan sampai Jakarta pada magrib dan malam,” imbuhnya.
Dari Pintu Air Manggarai dilaporkan, status ketinggian air di Pintu Air Manggarai berstatus siaga II dengan ketinggian air 900 cm kemarin.Namun diperkirakan ketinggian akan bertambah karena kondisi Bendung Katulampa pada Jumat pagi, 04.00 WIB, mencapai 204 cm. Air kiriman dari Bendung Katulampa, Bogor, akan sampai di Jakarta kemungkinan pada pukul 12.00 WIB. Sementara itu, dari pantauan di lapangan,kondisi banjir di beberapa titik di Jakarta mulai surut.
Beberapa jalan utama Ibu Kota yang sebelumnya lumpuh akibat tingginya genangan air, seperti Jalan Sabang dan Kebon Sirih,sudah bisa dilewati. Banjir yang menggenangi kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI) hingga memutuskan akses Jalan Sudirman–Thamrin juga sudah menyusut. Upaya petugas dibantu TNI/Polri untuk menambal turap Kanal Banjir Barat (KBB) di Jalan Latuharhary yang jebol terlihat sudah membuahkan hasil.
Sebelumnya, turap yang berada tepat di bawah jembatan yang menghubungkan Jalan Rasuna Said dengan Menteng jebol dan air mengalir deras ke kawasan Bundaran HI dan merusak rel KA hingga melumpuhkan Stasiun Sudirman. Tapi di banyak titik lain banjir juga belum menunjukkan penurunan semisal di beberapa titik di Jakarta. Jalan utama Traffic Light Grogol masih seperti sehari sebelumnya, digenangi air setinggi 70 cm, sehingga belum bisa dilewati.
Begitu pun Jalan Pangeran Tubagus Angke dan Grogol Petamburan. Jalan Daan Mogot tepat depan Samsat Jakarta Barat juga masih tergenang setinggi 60–100 cm sejak Kamis (17/1) sore. Jebolnya tanggul KBB tepat di bawah jembatan layang Jati Baru Tanah Abang menuju Slipi juga menggenangi Jalan Raya Jati Pulo setinggi 30–50 cm. Akibatnya arus lalu lintas dari Kemanggisan Raya menuju KebonSirihdialihkanke JalanS Parman, begitu pun arah sebaliknya dari Kebon Sirih menuju Kemanggisan Raya dialihkan lewat Cideng,Tanah Abang.
”Titik banjir di Jakarta Barat hari ini (kemarin) masih sama dengan kemarin, Kamis (17/1), bahkan ada kenaikan dan belum ada penurunan air,” kata Hendra, petugas piket BNPB saat dihubungi SINDO. Ketinggian air di RW 10,11, dan RW 12 Kelurahan Bukit Duri Jakarta Selatan juga belum ada penurunan. Banjir yang menggenangi Rawajati, Kalibata justru naik hingga 30 cm. Ade salah satu korban banjir mengungkapkan, rumahnya yang berada di kawasan tersebut hanya terlihat gentengnya saja.
”Kalau ketinggian air (di sini) sekitar 4 meter, kalau di luar bisa mencapai 50 cm,”tuturnya. Kondisi yang sama juga terjadi di kawasan Pluit, Jakarta Utara, dekat Pluit Village. Banjir di daerah tersebut mencapai ketinggian 2 meter akibat jebolnya tanggul sungai yang mengalir di kawasan tersebut.Sejauh ini bantuan belum sampai ke sana,termasuk untuk mengevakuasi ribuan warga yang masih terjebak di rumah-rumah mereka. Hingga kemarin, banjir yang sudah terjadi empat hari ini menimbulkan korban jiwa 12 orang.
Dari 12 korban meninggal, 9 orang adalah warga Jakarta Barat, 1 orang dari Jakarta Timur, 1 orang dari Jakarta Selatan, dan 1 orang belum diketahui identitasnya. Mereka meninggal bukan hanya karena tenggelam, tapi juga terkait dengan penyakit yang dideritanya serta tersetrum aliran listrik. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, pusat perbelanjaan paling dirugikan dari dampak banjir Jakarta karena lumpuhnya akses transportasi. Masalah itu belum ditambah dengan tergenangnya sejumlah mal dan pusat perbelanjaan.
”Yang pasti mal, pusat perbelanjaan, termasuk pengusaha distribusi dan produsen makanan paling merugi.Saya belum bisa pastikan, kerugiannya miliaran,” katanya. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Industri (GaPMMI) Adhi S Lukman mengatakan,kerugian dari sektor produksi belum mengalami gangguan.Namun, dari sisi distribusi berimbas pada penambahan biaya distribusi.” Kerugian tetap ada sekitar Rp300 miliar,”kata Adhi.
Pusat Dukung Penuh
Menko Kesra Agung Laksono mengatakan pemerintah pusat mengintervensi penanganan banjir di Jakarta. ”Intervensi penting karena pemerintah daerah saja ternyata tidak bisa. Harus ada dukungan dari pemerintah pusat,” katanya. Menurut dia, banjir yang melanda Jakarta skalanya sudah lebih dari normal. Pemerintah telah menyusun langkah konkret untuk jangka menengah dan jangka panjang. Langkah jangka panjang termasuk pembuatan drainase yang besar dan pengerukan sungai.
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan telah berupaya melakukan normalisasi Kali Pesanggrahan, Muara Angke, dan Sunter untuk meminimalkan banjir di Jakarta, tetapi masih terkendala oleh pembebasan lahan penduduk.Menurut Direktur Sungai dan Pantai, Ditjen Sumber Daya Air (SDA), Kementerian PU Pitoyo Subandrio, penduduk tidak mau dipindahkan tempat tinggalnya dari bantaran kali tersebut. ”Sejak 2009 Sunter belum bisa ditutup karena penduduk tidak mau lahannya dibebaskan.
Menurut saya ini saat yang paling baik untuk memberikan pencerahan ke masyarakat agar bisa ditutup secepatnya,” kata Pitoyo di Jakarta kemarin. Dia mengatakan pihaknya juga telah merealisasi pembangunan Kanal Banjir Timur (KBT) dan telah dapat dilihat manfaatnya karena di kawasan Kelapa Gading saat ini hanya tersisa beberapa titik genangan air. Adapun untuk pembangunan Kanal Banjir Barat (KBB) sudah dilakukan revitalisasi sejak 2009, tetapi masih menyisakan kendala di beberapa titik terkait dengan kepemilikan tanah oleh warga.
”Titik-titik tersebut di antaranya Latuharhari, Bongkaran, Tanah Abang, dan Jembatan Roxy yang sebetulnya harus segera dipotong dan ditutup dengan jalan aspal lalu dibeton,” kata dia. Ketua Komisi VIII DPR Ida Fauziah mengatakan 60% bencana banjir di DKI Jakarta disumbangkan oleh permasalahan bantaran sungai. Ida mengharapkan pemerintah dapat memikirkan solusi jangka panjang untuk mencegah banjir tahunan terjadi kembali. Misalnya dengan memperbanyak resapan air. helmi syarief/bima setiadi/ridwansah/dian ramadhani/ abdullah m surjaya/ ilham safutra/ ichsan amin/nanang wijayanto/ria martati/ant
Sumber : seputar-indonesia.com