Menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat (Jabar) dan Kota Bandung pada 2013, sejumlah spanduk, baligo dan poster kampanye dipasang serampangan di berbagai sudut Kota Bandung. Kondisi itu membuat Kota Bandung semrawut dipenuhi berbagai alat peraga kampanye yang mengabaikan estetika.
Dari pemantauan “PRLM”, beberapa spanduk dan poster kampanye pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Wakil Gubernur (Cawagub) Jabar di Jalan IR H Djuanda di pasang menempel pada Penerangan Jalan Umum (PJU). Poster pasangan Cagub-Cawagub Jabar, Rieke Dyah Pitaloka dan Teten Masduki terlihat diikat pada PJU di Perempatan Simpang Dago dengan menggunakan tali kawat. Keluhan muncul dari seorang petugas polisi lalu lintas yang kesal karena poster itu menempel dekat rambu lalu lintas.
“Poster lain bisa saya copot, tetapi yang menggunakan tali kawat susah untuk dilepas. Ini bisa mengganggu pandangan pengguna jalan untuk meilhat rambu lalu lintas,”ucapnya di Perempatan Simpang Dago, Jalan IR H DJuanda, Minggu (20/1/13). Pemandangan serupa tampak di depan Rumah Sakit Santo Borromeus, sebuah spanduk Ahmad Heryawan dan Dedi Mizwar diikat pada lampu lalu lintas dan tiang listrik. Di bawahnya tampak juga spanduk, Calon Walikota Bandung, Hudaya.
Tak hanya itu, penggunaan baligo kampanye dengan kerangka bambu pun menjadi favorit para kandidat, seperti pada pasangan Dede Yusuf dan Lex Lesmana. Baligo mereka dipasang dengan kerangka bambu di depan Gedung Telkomsel di sekitar lapangan Gasibu. Padahal, penggunaan kerangka bambu untuk baligo rentan mengalami pelapukan serta roboh tertiup angin.
Alih-alih menyampaikan pesan kampanye kepada warga, ancaman tertimpa kerangka bambu baligo justru mengintai para pengguna jalan. Fasilitas jembatan penyeberangan pun tak luput dari pemasangan spanduk kampanye. Sebuah spanduk pasangan Irianto MS Syafiuddin (Yance) dan Tatang Farhanul Hakim dipasang di jembatan penyeberangang depan Pasar Kosambi. Tali yang sudah kendor membuat spanduk itu melorot.
Menanggapi kondisi tersebut, Budayawan Sunda, Hawe Setiawan menyatakan keprihatinan atas terabaikannya nilai estetika dalam pemasangan alat peraga kampanye. “Bagusnya ada pengaturan alat peraga kampanye supaya tak mengganggu pemandangan visual. Selama ini pemasangannya sembarangan saja,”kata Hawe saat dihubungi “PRLM”. Menurutnya, secara visual penonjolan figur tertentu terasa mengganggu serta mencerminkan politik yang kurang hormat terhadap lingkungan.
“Beberapa poster cagub dan cawagub ada yang dipasang di kebun teh yang mengganggu latar belakang pemandangannya,”ujar Hawe. Dia pun mempertanyakan, penonjolan atribut kepartaian yang mendominasi alat peraga kampanye. Dikatakan Hawe, penonjolan figur atau atribut kepartaian dalam alat peraga kampanye malah menjadi paradoks.
“Di satu sisi ingin terlihat dekat dengan rakyat, tetapi apa yang dikenakan seperti seragam serta atribut lain malah menujukkan berjarak dengan rakyat,”kata Hawe. Baginya, kampanye yang gencar dilakukan para kandidat pada 2013, tak ada kesan yang baru dan hanya mengulang-ulang saja.
Sementara itu, Kepala Satpol PP Kota Bandung, Ferdi Ligaswara mengatakan akan segera berkoordinasi dengan KPU dan Panwaslu di Kota Bandung. “Selama ini sudah beberapa kali Satpol PP Kota Bandung melakukan penertiban karena spanduk dan baligi kampenye yang jatuh dan menghalangi pengguna jalan,”tuturnya.
Akan tetapi, Ferdi mengakui, sesudah operasi penertiban, spanduk dan baligo kampanye kembali bermunculan. “Kami menghimbau tim sukses siapa pun di Kota Bandung maupun Provinsi Jabar untuk menaati segala ketentuan serta prosedur terkait Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung,”ucap Ferdi. (A-201/A-108)***
SUmber : PR