Dua hari jelang Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat Minggu 17 Februari 2014 di Hotel Sahid, Jakarta, saling serang antara pendukung Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum dengan pendukung Ketua Majelis Tinggi Demokrat SBY tak terelakkan.
Barisan anak muda Partai Demokrat yang menamakan dirinya “Pandawa Partai Demokrat” pembela SBY menggelar keterangan pers meminta SBY mencari tokoh baru pengganti Anas Urbaningrum.
Mereka diwakili Didi Irawadi Syamsudin (Ketua Departemen Pemberantasan Korupsi dan Mafia Hukum DPP Partai Demokrat), Ulil Abshar Abdalla (Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat) dan Rachland Nasidik (Sekretaris Departemen Pemajuan dan Perlindungan HAM DPP Partai Demokrat).
“Karenanya masa transisi dan kongres sekarang adalah butuh nakhoda baru. Menurut saya, Partai Demokrat butuh pergantian kepemimpinan, muka baru, nakhoda baru, yang bisa menumbuhkan optimisme,” ujar Ulil.
Sehari sebelumnya, Ulil kepada Tribunnews.com menyarankan Anas non aktif dari partai. “Untuk memulihkan kondisi partai,” kata tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL). Kelompok ini menamakan dirinya “Pandawa Partai Demokrat”.
Pandawa atau yang dikenal Pandawa Lima dalam tokoh pewayangan Mahabrata merupakan gambaran lima orang bersaudara yang berjuang dalam memerangi kezaliman menegakkan kebenaran di muka bumi ini.
Sementara dari kubu pendukung Anas seperti Irfan Gani langsung memberi tanggapan. Kepada Tribunnews.com, sesaat setelah Ulil Cs di sebuah rumah makan di kawasan Menteng Jakarta usai digelar, Irfan Gani ingin menanggapi pernyataan Ulil.
Irfani Gani, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah DKI Jakarta ini, meminta Ulil bisa mengukur diri sendiri. Pasalnya Ulil dianggap orang baru di Demokrat dan belum berbuat apa-apa di partai. “Jangan-jangan Mars Demokrat saja dia tidak hafal,” kata Irfan.
Dia menganalogikan Ulil seperti Marcus Brutus, tokoh pengkhianat dalam cerita Romawi Kuno.
Irfan Gani heran mengapa Ulil berkoar-koar lagi di media massa. Dia mempertanyakan, bukankah sudah keluar perintah dari Majelis Tinggi Partai agar semua pihak menahan diri? “Kenapa dia memulai lagi. Ada apa?” ujar Firman Gani.
Tidak berhenti disitu, siang menjelang sore ini publik dikagetkan dengan undangan tertulis menghadiri Rapimnas Demokrat 17 Februari lusa yang tidak ditandatangani oleh Anas Urbaningrum.
Bahkan kabar beredar, sejumlah pengurus DPC Demokrat hanya memperoleh undangan melalui SMS (pesan singkat) dan kabarnya pula ada DPC yang tidak mendapatkan undangan sama sekali. Padahal Rapimnas akan digelar dua hari lagi.
Sebelumnya, Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi mengumpamakan pertempuran SBY melawan Anas ibarat perang dua raja Jawa, Anas dan SBY.
Maksudnya keduanya saling serang dengan perlawanan halus. “Ini pertempuran dua raja Jawa, antara tradisi Jawa Santri dan Jawa Mataram,” kata Muhtadi di gedung DPR RI Jakarta, Kamis (14/2/2013).
Menurut dia, Anas melawan tidak dilakukan secara frontal namun sesuai kultur Jawa. “Memang Anas bisa saja bersikap patuh (ke SBY) tetapi diam-diam menyerang. Hit and run (menyerang dan kabur),” kata Muhtadi.
Dia mencontohkan ketika Anas menyindir lewat sejumlah ungkapan halus seperti “Politik para Sengkuni”, “Ojo Dumeh”, “Ojo Kagetan” dan sebagainya. Kedua ungkapan itu dinilai sebagai sebuah sindiran bentuk perlawanan halus.
Termasuk ketika tidak menghadiri penandatanganan Pakta Integritas di kediaman SBY karena alasan sakit.Jika kemudian nanti Anas melakukan perlawanan secara frontal bisa saja terjadi apalagi jika statusnya di KPK berubah dalam kasus dugaan korupsi.”Saat ini masih perlawanan secara simbolik,” katanya.
Sementara bagi SBY, Muhtadi mengatakan tidak akan tinggal diam. Dia menyebut sejumlah strategi SBY belakangan ini mulai dari mengambil alih kewenangan Anas, mengadakan Pakta Integritas bagi kader Demokrat, serta menggelar Rapimnas Demokrat 17 Februari 2013 nanti merupakan tindakan terstruktur dari SBY.
“Kalau ada yang mengatakan SBY menyiapkan anaknya jadi ketua umum Demokrat itu akan jadi bumerang bagi SBY dan berisiko bagi citra SBY,” kata Muhtadi.
Menurut dia Rapimnas Demokrat minggu lusa masih bagian dari skenario SBY dan bagian dari upaya SBY untuk memberi sinyal kepada publik bahwa Demokrat berubah.”Rapimnas ini upaya memantapkan internal Demokrat sampai level ke DPC Demokrat,” kata Muhtadi.
Sumber : tribunnews.com