Situs megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kec. Campaka, Kab. Cianjur, tahun ini akan diberi pagar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat.
Pasca penelitian Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, tingkat kunjungan wisatawan maupun komunitas tertentu terus meningkat tanpa mengenal waktu.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Drs. Nunung Sobari, M.M. mengatakan saat ini kondisi situs megalit yang masih diteliti Pusat Arkelogi Nasional maupun BP Katastropik Purba, dikhawatirkan banyak pihak.
“Aktivitas wisatawan yang terus meningkat dan aktivitas komunitas tertentu yang tidak mengenal waktu dikhawatirkan dapat merusak keberadaan situs Gunung Padang,” ujar Nunung, didampingi Kepala Seksi Kepurbakalaan Balai Kepurbakalaan,Sejarah dan Nilai Tradisi (BKSNT) Disparbud Jabar, Dra. Romlah, seusai melakukan kunjungan ke Gunung Padang bersama sejumlah media media cetak dan elektronik, Sabtu (9/3).
Sejumlah kerusakan yang terpantau pihaknya, menurut Nunung adalah dibeberapa bagian tangga utama menuju teras Gunung Padang yang batunya longgar dan bahkan terlepas.
Selain itu sejumlah batu beberapa bagian pada teras Gunung Padang juga sudah banyak yang bergeser atau berubah tempat. Karena khawatir kerusakan akan semakin tidak terkendali, pada tahun 2013 ini Disparbud Jabar setelah melakukan konsultasi dengan Balai Pelestarian Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang, sepakat untuk melakukan pemagaran.
“Karena tidak masuk dalam program, maka untuk sementara pendanaan seadanya dan diupayakan untuk mendapatkan pendanaan dari perubahan anggaran 2013 mendatang,” ujar Nunung.
Sementara juru pelihara Situs Megalit Gunung Padang, Asep mengatakan bahwa pasca penelitian yang dilakukan Tim Peneliti Bencana Katastropik Purba Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, tingkat kunjungan setiap hari bisa mencapai 500 orang lebih dan pada hari Sabtu dan Minggu bisa mencapat dua hingga empat kali lipat.
“Untuk kawasan benda cagar budaya kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan, karena semua pengunjung memaksa naik lewat tangga batu bukan lewat tangga yang disediakan, hingga pada musim penghujan saat ini mengakibatkan banyak batu tangga bergeser atau berubah posisi,” ujar Asep.
Kekhawatiran lainnya, menurut Asep adalah kunjungan yang dilakukan komunitas atau kelompok tertentu yang dilakukan sore atau malam menjelang tengah malam. Selain kunjungan tidak sepengetahuan pihaknya, juga dikhawatirkan mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan.
Berdasarkan pengamatan “PRLM” di lapangan, kawasan situs megalitikum Gunung Padang seluas 3 hektar yang diperkirakan berusia 14.500- hingga 25.000 tahun, selama musim penghujan di teras utama (teras lima), empat dan tiga terjadi genangan. Selain itu di beberapa titik tangga batu, susunan batu pada bagian sisi bergeser dan bahkan berubah posisi. (A-87/A-89)***
Sumber + Foto : pikiran-rakyat.com