AKHIR pekan lalu, sebanyak 50 pelajar sekolah menengah atas/kejuruan di Kota Bandung melakukan perjalanan sejarah ke Kota Cirebon. Difasilitasi Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisi (BPKSNT) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, para pelajar ini berusaha mencari pengetahuan tentang sejarah Keraton yang ada di Kota Cirebon yang merupakan sisa-sisa kerajaan Pajajaran (Sunda).
Lokasi yang pertama dikunjungi, yakni situs Gua Sunyaragi, kemudian Keraton Kasepuhan, Masjid Agung Ciptarasa dan berakhir di Keraton Kanoman dengan mengikuti latihan membatik. Ada keseriusan setiap peserta untuk menggali sejarah sisa kerajaan Pajajaran. Ini terlihat banyaknya pertanyaan yang dilontarkan kalangan pelajar pada guide, baik mengenai sejarah, makna, hingga kuliner khas Cirebon.
Terlebih saat berada di gua Sunyaragi. Bagi mereka mengunjungi dan berada di kawasan Gua Sunyaragi merupakan yang pertama kalinya. Bahkan merekapun tidak tahu fungsi dan makna Gua Sunyaragi pada masa keraton hingga sekarang. Mungkin bagi para pembaca pun sama, karena belum pernah mengunjungi gua Sunyaragi atau tidak tahu apa itu Gua Sunyaragi.
Gua Sunyaragi adalah sebuah gua berlokasi di kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon dimana terdapat bangunan mirip candi yang disebut Gua Sunyaragi, atau Taman Air Sunyaragi, atau sering disebut sebagai Tamansari Sunyaragi. Nama “Sunyaragi” berasal dari kata “sunya” yang artinya adalah sepi dan “ragi” yang berarti raga, keduanya adalah bahasa Sanskerta. Tujuan utama didirikannya gua tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya.
Gua Sunyaragi adalah salah satu benda cagar budaya di Kota Cirebon dengan luas sekitar 1,5 hektar. Berada di sisi jalan by pass Brigjen Dharsono, Cirebon menjadikan kawasan ini selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal. Namun sayang, keberadaannya kurang terawat sehingga kurang menarik perhatian wisatawan dari luar daerah maupun mancanegara.
Konstruksi dan komposisi bangunan situs ini merupakan sebuah taman air. Karena itu Gua Sunyaragi disebut taman air gua Sunyaragi. Pada zaman dahulu kompleks gua tersebut dikelilingi oleh danau yaitu Danau Jati. Lokasi dimana dulu terdapat Danau Jati saat ini sudah mengering dan dilalui jalan by pass Brigjen Dharsono, sungai Situngkul, lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas, Sunyaragi milik PLN, persawahan dan menjadi pemukiman penduduk. Selain itu di gua tersebut banyak terdapat air terjun buatan sebagai penghias, dan hiasan taman seperti Gajah, patung wanita Perawan Sunti, dan Patung Garuda. Gua Sunyaragi merupakan salah satu bagian dari keraton Pakungwati sekarang bernama keraton Kasepuhan.
Kompleks tamansari Sunyaragi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu pesanggrahan dan bangunan gua. Bagian pesanggrahan dilengkapi dengan serambi, ruang tidur, kamar mandi, kamar rias, ruang ibadah dan dikelilingi oleh taman lengkap dengan kolam. Bangunan gua-gua berbentuk gunung-gunungan, dilengkapi terowongan penghubung bawah tanah dan saluran air.
Bagian luar kompleks gua ini bermotif batu karang dan awan. Pintu gerbang luar berbentuk candi bentar dan pintu dalamnya berbentuk paduraksa.
Induk seluruh gua bernama Gua Peteng (Gua Gelap) yang digunakan untuk bersemadi. Selain itu ada Gua Pande Kemasan yang khusus digunakan untuk bengkel kerja pembuatan senjata sekaligus tempat penyimpanannya. Perbekalan dan makanan prajurit disimpan di Gua Pawon. Gua Pengawal yang berada di bagian bawah untuk tempat berjaga para pengawal. Saat Sultan menerima bawahan untuk bermufakat, digunakan Bangsal Jinem, akan tetapi kala Sultan beristirahat di Mande Beling. Sedang Gua Padang Ati (Hati Terang), khusus tempat bertapa para Sultan.
Walaupun berubah-ubah fungsinya menurut kehendak penguasa pada zamannya, secara garis besar Tamansari Sunyaragi adalah taman tempat para pembesar keraton dan prajurit keraton bertapa untuk meningkatkan ilmu kanuragan. Bagian-bagiannya terdiri dari 12 antara lain;
- Bangsal jinem sebagai tempat sultan memberi wejangan sekaligus melihat prajurit berlatih.
- Gua pengawal sebagai tempat berkumpul para pengawal sultan.
- Kompleks Mande Kemasan (sebagian hancur).
- Gua pandekemasang sebagai tempat membuat senjata tajam.
- Gua simanyang sebagai tempat pos penjagaan.
- Gua langse sebagai tempat bersantai.
- Gua peteng sebagai tempat nyepi untuk kekebalan tubuh.
- Gua arga jumud sebagai tempat orang penting keraton.
- Gua padang ati sebagai tempat bersemedi.
- Gua kelanggengan sebagai tempat bersemedi agar langgeng jabatan.
- Gua lawa sebagai tempat khusus kelelawar.
- Gua pawon sebagai dapur penyimpanan makanan.
Selain 12 gua, terdapat pula panggung terbuka tempat pertunjukkan kesenian. Bangunan ini relatif baru, karena dibangun diera tahun 2000-an yang fungsinya untuk pertunjukkan kesenian atau penyelenggaraan helaran seni tradisional Cirebon, selain itu untuk menarik perhatian pengunjung walaupun kondisinya sama saja tidak terurus.
(kiki kurnia/”GM”)**
Sumber : wwww.klik-galamedia.com/menggali-sejarah-sisa-pajajaran
dikutip dari: http://www.disparbud.jabarprov.go.id