Penggunaan media sosial, sebut saja Twitterdan Facebook pun juga digunakan pendukung calon untuk memperkenalkan jagonya. Kendati penggunaan media sosial berbasis internet sudah mulai masif karena semakin perangkatnya mudah didapat, namun efektivitasnya terhadap kemenangan calon belum teruji.
Indonesia Strategic Institute (Instrat) pun meragukan media sosial secara efektif mampu menjadi faktor yang menentukan kemenangan calon pada Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Pilwalkot) Bandung 2013–2018. Direktur Instrat Henry Baskoro menjelaskan, berdasarkan hasil survei pihaknya diketahui jumlah warga Bandung yang aktif menggunakan media sosial seperti Facebook danTwitter masih rendah. “Kami menilai kurang efektif berkampanye dengan menggunakan media sosial,” ungkap Henry.
Menurut dia, tidak sedikit pengguna dua situs jejaring sosial itu mencantumkan domisili diKotaBandung, namunternyata belum tentu kebenarannya. Instrat merilis, persentase warga Kota Bandung yang tidak menggunakan internet menempati posisi 63,79%, pengguna internet aktif 4,77%, cukup sering 10,5%, pengguna sewaktu- waktu 14,18% dan sangat jarang 7,22%.
Sementara dari semua responden yang disurvei itu, 33,36% merupakan ibu rumah tangga, 29,90% pedagang dan wiraswasta, dengan tingkat usia responden kebanyakan 41 sampai 55 tahun. “Bisa saja domisili sebenarnya di Jakarta atau di daerah lain. Banyak juga pemilik akun di bawah usia 17 tahun dengan sengaja memalsukan umurnya lebih tua,” ujar Henry.
Pakar Komunikasi dari Universitas Padjadjaran Dede Mulkan menilai, di Kota Bandung justru media sosial cukup efektif jika digunakan sebagai alat untuk media kampanye. Pasalnya, pengguna akun Facebook, Twitter, dan semacamnya terbilangsangat tinggi.
“Bahkan, penduduk Kota Bandung itu hampir 50% menggunakan akun media sosial. Bahkan, pengguna media sosial ini semakin meningkat seiring dengan melonjaknya pengguna smartphone,” ucap Dede saat dihubungi. atep abdillah kurniawan
Sumber : koran-sindo.com