Sekian calon presiden berasal dari partai politik, publik tetap mendambakan munculnya capres alternatif non partai. Nama Rhoma Irama melejit menjadi calon presiden terpopuler.
Menyusul berikutnya, nama Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.
Temuan respon publik ini terekam dalam hasil survei Lembaga Survei Jakarta yang diadakan pada 4 sampai 16 Maret 2013 di 33 provinsi, mengambil sampel sebanyak 1225 dengan margin error kurang lebih 2.8 persen dan tingkat kepercayaan publik 95 persen.
“Menurut survei LSJ, Rhoma Irama merupakan capres alternatif paling populer yakni 89.9 persen. Di peringkat kedua Dahlan Iskan dengan tingkat popularitas sebesar 65.3 persen, disusul Mahfud MD 63.2 persen,” ujar Direktur LSJ Rendy Kurnia di Jakarta, Kamis (28/3/2013).
Kendati begitu, untuk akseptabilitas dan elektabilitas, Dahlan di posisi teratas menurut responden yakni 44.2 persen, disusul Mahfud MD 42.8 persen, dan Rhoma Irama yang mendapat juluka si raja dangdut dengan perolehan suara 40.1 persen.
Secara elektabilitas, lanjut Rendy, Dahlan berada di angka 17.2 persen, mengungguli Mahfud 13.1 persen, disusul Rhoma 10.8 persen, Abraham Samad 5.2 persen, Sri Mulyani 3.9 persen, Chairul Tandjung 3.6 persen.
Disusul selanjutnya nama Menteri Kooordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto 2.8 persen, Rizal Ramli 2.5 persen, Pramono Edhie Wibowo 1.9 persen, Irma Gusman 1.4 persen, Gita Wirjawan 1.3 persen, dan Anies Baswedan 1.1 persen.
Peneliti senior LSJ Igor Dirgantara menambahkan, Dahlan paling banyak dipilih karena dinilai sederhana, responsif, jujur, dan merakyat. Dahlan dikenal karena sering nampang di publik menyosialisasikan kebijakannya di berbagai wilayah di Indonesia.
Igor mengakui, elektabilitas yang diraih Dahlan sedikit banyak mendapat pengaruh kuat dengan jaringan medianya di bawah Grup Jawa Pos. Jaringan media yang ada hampir di seluruh Indonesia memperkuat alasan publik memilih Dahlan, kata Igor.
Pakar psikologi politik Hamdi Muluk menilai meski elektabilitas Dahlan tertinggi, muncul persoalan karena pencalonan presiden tetap harus lewat partai politik. Sementara ini Dahlan tidak memiliki afiliasi ke partai politik yang lolos peserta pemilu.
“Kalau capres alternatif mau serius maju karena ada harapan yang disandangkan publik kepadanya, maka harus memiliki kendaraan politik,” ujar Hamdi sambil menambahkan, munculnya Dahlan karena kerap hadir dalam kebijakan politik sebagai menteri.
Sumber + Foto : tribunnews.com