Korea Utara (Korut) bakal menghidupkan kembali reaktor nuklir untuk mengaktifkan program senjata atom. Pengumuman itu adalah rangkaian akhir ancaman dan sinyal perang dari Pyongyang.
Penegasan tersebut menyusul penempatan pesawat berkekuatan nuklir milik Amerika Serikat (AS) seperti B-52, pesawat siluman B-2, dan kapal perusak. Sebelumnya, Pyongyang telah memutuskan jaringan komunikasi militer dengan Seoul dan menyebutkan status negara dalam kondisi perang.
Juru bicara pemerintahan Pyongyang kemarin mengungkapkan, langkah pengaktifan kembali reaktor nuklir termasuk pengaturan dan pengulangan kembali semua fasilitas di kompleks nuklir Yongbyong. Juga termasuk pengaktifan kembali pembangkit pengayaan uranium dan reaktor dengan kekuatan lima megawatt.
”Tujuannya adalah memperkuat kekuatan senjata nuklir baik secara kualitas maupun kuantitas untuk menjadi solusi terhadap kekurangan pasokan listrik yang memasuki tahap parah,” kata juru bicara yang tidak disebutkan namanya, dikutip KCNA.
Korut menutup reaktor nuklir pada 2007 karena kesepakatan pemberian bantuan dari perundingan enam negara, yang melibatkan Korut, Korea Selatan (Korsel), China, Rusia, Jepang, dan Amerika Serikat (AS). Reaktor nuklir Korut tersebut merupakan satu-satunya penghasil plutonium untuk program senjata nuklir.
Para pakar mengungkapkan, cadangan plutonium milik Korut dapat dijadikan empat hingga delapan bom nuklir. Korut pernah mengungkapkan hal tersebut saat pengayaan uranium di Yongbyon pada 2010. Saat itu, para pakar asing diizinkan untuk memeriksa fasilitas sentrifugal di sana.
Dalam pidato di depan Komite Pusat Partai Pekerja Korea pada Minggu (24/3), pemimpin Korut Kim Jong-un mengungkapkan, senjata nuklir Korut menjadi pencegah serangan dari musuh dan fondasi bagi kesejahteraan bangsa. ”Kekuatan nuklir kita adalah penangkal perang yang sangat andal dan jaminan untuk melindungi kedaulatan kita,” kata Kim Jong-un seperti dikutip KCNA kemarin.
Jong-un pun menekankan perihal peningkatan cadangan nuklir Korut. ”Modernisasi industri energi atom merupakan kunci untuk pengembangan teknologi untuk menghasilkan senjata nuklir hingga ke tingkatan baru,” katanya. Pada Senin lalu (1/4), anggota parlemen mengadopsi undangundang yang menunjukkan status Korut sebagai negara nuklir.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Korsel mengungkapkan pernyataan Korut itu sangat mengecewakan. ”Korut seharusnya menghargai kesepakatan dan janji yang telah dibuat di masa lalu. Kita terus memonitor situasi terkini,” kata juru bicara Kemlu Korsel yang tidak disebutkan namanya. Banyak pengamat percaya bahwa Korut telah melakukan serangkaian produksi uranium tingkat tinggi di berbagai fasilitas rahasia selama bertahuntahun.
Uji coba nuklir ketiga yang dilakukan Korut pada Februari lalu kemungkinan menggunakan bom nuklir uranium. Pada uji coba nuklir 2006 dan 2009, yang digunakan adalah plutonium. Dari Beijing, Pemerintah China kemarin menyatakan kekecewaannya dengan keputusan Korut untuk mengaktifkan kembali reaktor nuklirnya.
”Kita mencatat pengumuman Korut dan mengungkapkan kekecewaan kita,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei, seperti dikutip AFP. ”Kita menyerukan berbagai pihak untuk tetap tenang dan menjaga diri. Situasi di Semenanjung Korea sangat kompleks dan sensitif.
Dia menegaskan posisi tetap China untuk merealisasi denuklirisasi di Semenanjung Korea serta melindungi perdamaian dan stabilitas. Beberapa kali Beijing mengungkapkan kekecewaannya sejak Korut melakukan uji coba nuklir ketiga Februari lalu. Meskipun China merupakan sekutu tunggal Korut selama beberapa dekade, Pyongyang sepertinya sedang menaikkan posisi tawarnya.
Padahal, Beijing juga menjadi andalan bagi Korut dalam pengembangan mitra dagang serta penyediaan pasokan energi. Sementara itu, mantan Perdana Menteri (PM) Pak Pong-ju ditunjuk kembali sebagai PM untuk memimpin kabinet pemerintahan Korut pada Senin (1/4).
Pak pernah dipecat dari jabatannya karena gagal mengimplementasikan reformasi ekonomi pada 2007. Sebagaimana dilaporkan KCNA, Pak yang berusia 70-an merupakan sekutu utama Jang Song-thaek, paman Jong-un. ● andika hendra m
Sumber + Foto : koran-sindo.com