Sebuah rumah di Kampung Lebak Kantin RT 3/5, Bogor Tengah, Kota Bogor, tertimbun longsor kemarin pukul 16.30 WIB. Empat orang yang masih satu keluarga tewas dalam peristiwa tersebut.
Korban tewas ialah Ratnaasih, 50, Nugraha (adik Ratna), 40, Rina Rosalina (anak Ratna), 21, dan Indira (anak Rina), 5. Sebelum longsor, sejak pukul 15.00 WIB hujan deras disertai angin kencang melanda wilayah Bogor. Anak bungsu dari Ratnaasih, Marwan, 9, menuturkan, saat kejadian dia sedang bermain hujan-hujanan di depan rumah. Para korban tengah berada di dalam rumah tersebut. “Kejadiannya cepat. Saat itu tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan rumah pun tertimbun longsor,” ujar Marwan sambil menangis dipeluk sang ayah Mardani, 50, yang saat itu tengah bekerja tak jauh dari lokasi kejadian.
Suara gemuruh dan longsoran tebing ini membuat warga lain panik dan bergegas keluar rumah. Proses evakuasi pun sempat dilakukan warga dengan peralatan seadanya hingga menunggu kedatangan tim Search And Rescue (SAR) gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota/ Kabupaten Bogor, TNI, dan Polri.
Meski sempat mengalami kendala karena kondisi cuaca hujan deras dan medan terjal, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi seluruh korban. Pengamatan KORAN SINDO di lokasi kejadian, sekitar pukul 17.00 WIB jasad Ratnaasih dan Rina ditemukan tim SAR di ruang tengah dengan kondisi mengenaskan. Selang 30 menit kemudian, petugas mengevakuasi Indira. Sedangkan Nugraha ditemukan sekitar pukul 17.45 WIB.
Setelah seluruh korban dievakuasi, tim SAR membawa jasad para korban ke Rumah Sakit (RS) Salak, Kota Bogor yang berjarak 100 meter dari lokasi kejadian. Camat Bogor Tengah Rr Estjiningsih menuturkan, lokasi bencana merupakan daerah lembah yang rawan longsor dan memang sudah terpetakan sebelumnya.” Sebenarnya lokasi itu sudah dibeli oleh salah satu pengusaha untuk dibangun ruko, tapi enggak tahu kenapa masih ditempati warga,” tuturnya.
Pascalongsoran ini Estjiningsih akan menginventarisasi warga yang tinggal di area rawan longsor untuk direlokasi ke daerah lebih aman. Apalagi berdasarkan pemetaan Kelurahan Sempur paling banyak titik rawan longsor. Menurut Estjiningsih, di kawasan ini banyak perumahan dibangun di lerenglereng lembah yang berbatasan dengan tepi Sungai Ciliwung. Padatnya perumahan, kata dia, menyebabkan terbatasnya mitigasi struktural untuk menahan longsor.
Hal inilah yang menyebabkan Kelurahan Sempur memiliki tingkat risiko tinggi dari bencana longsor. Sementara itu, Kapolres Bogor Kota AKBP Bahtiar Ujang Purnama mengungkapkan, sejumlah warga sekitar pun memang tidak menyangka tebing setinggi 10 meter dengan kemiringan sekitar 45 derajat itu akan ambrol dan menimpa rumah korban. Sejumlah saksi dan pemilik lahan di lokasi tersebut telah dimintai keterangan. “Peristiwa ini murni bencana longsor.
Namun, kita tetap mengimbau agar terus meningkatkan kewaspadaannya terkait dengan cuaca di Kota Bogor ini tidak menentu dan sulit diprediksi,” ungkap Bahtiar. Tak hanya itu, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan aparat kelurahan dan kecamatan agar menyosialisasikan kepada warganya untuk tidak memaksakan tinggal di dataran tinggi. Untuk mengantisipasi longsor susulan, Polres Kota Bogor memasang garis polisi agar tidak ada satu pun warga yang mendekat lokasi kejadian. haryudi
sumber+foto:koran-sindo.com