Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar semakin menyulitkan pengusaha angkutan umum di kawasan Cirebon.
Kelangkaan tersebut menyebabkan operasional sekitar 1.000 bus, truk, elf, dan moda transportasi tersendat dan nyaris lumpuh. Bahkan sejumlah angkutan penumpang seperti bus pariwisata tidak bisa beroperasi akibat kelangkaan solar di Cirebon.
“Beberapa bus pariwisata terpaksa berhenti beroperasi karena tidak ada solar di Cirebon. Kondisi ini sudah terjadi sejak empat hari lalu,” ujar s Ketua Ketua DPD Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jabar Aldo F Wiyana di Bandung, kemarin. Menurut dia, kelangkaan BBM jenis solar di Kota dan Kabupaten Cirebon terjadi sejak beberapa hari lalu. Kemarin, kelangkaan solar sampai pada titik puncak. Hampir di beberapa SPBU kehabisan solar. Padahal Cirebon merupakan jalur penting untuk lalulintas angkutan penumpang, barang, serta kendaraan pribadi. Aldo memperkirakan, operasional sekitar 400 bus tersendat akibat kelangkaan tersebut.
Bus yang tidak memiliki cukup solar, tidak berani melayani perjalanan, khawatir kehabisan BBM di tengah jalan. Sementara sisanya, memaksakan beroperasi sembari mencari solar di luar daerah. “Bus yang tidak punya cukup solar, memilih berhenti beroperasi,” kata pengusaha bus Bhineka itu. Kondisi tersebut sangat merugikan pengusaha transportasi. Namun demikian, Aldo belum bisa memperkirakan, kerugian materi yang mesti ditanggung industri transportasi.
Menurut dia, kerugian tidak hanya akibat batalnya kontrak bus pariwisata dan tidak adanya pendapatan untuk angkutan penumpang, tapi juga potensi kerugian dari kerusakan onderdil akibat minimnya solar di tangki bahan bakar. “Apabila kehabisan solar di jalan, mesin bisa rusak,” ujarnya. Menurut Aldo, kelangkaan solar di Cirebon dikhawatirkan melumpuhkan alur transportasi massal. Untuk angkutan penumpang, bus melayani perjalanan dari Cirebon ke Bandung, Tasikmalaya, Semarang, Cilacap, Jakarta, dan sebagian ke bagian Sumatera.
Sementara itu, melalui siaran pers yang diterima KORAN SINDO, Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Hanung Budya mengatakan, kuota solar saat ini sangat terbatas. Sesuai ketetapan Pemerintah, kuota solar berbersubsidi tahun ini lebih rendah 8,3% dibandingkan realisasi penyaluran tahun lalu sebesar 15,56 juta kulo loter (KL). Atau turun menjadi 14,28 juta KL. Penurunan tersebut berakibat pada turunnya kuota solar bersubsidi untuk daerah.
“Sampai kuartal I/2013, penyaluran solar bersubidi hampir di semua propinsi telah melebihi kuota rata-rata nasional sebesar 5,2%,” jelas Hanung. Artinya, kelangkaan solar yang terjadi di Cirebon merupakan langkah Pertamina melakukan pemenatasan solar bersubsidi. Karena, lanjut dia, Pertamina tidak terkendala persoalan stok BBM. Bahkan, stok solar cukup untuk 26 hari kedepan. Mestinya, lanjut dia, masyarakat mengerti bahwa solar bersubsidi kuotanya telah ditetapkan dalam APBN.
Sehingga kuotanya mesti dijaga agar cukup sampai akhir 2013. Akan tetapi, lanjut dia, masyarakat bisa menggunakan solar nonsubsidi yang sebagian besar telah tersedia di SPBU. Sementara itu kelangkaan solar juga terjadi di Kabupaten Kuningan. Hampir seluruh SPBU kehabisan stok solar sejak dua hari terakhir sehingga menyebabkan sejumlah pengusaha angkutan umum seperti bus dan pengangkut pasir mengeluh dan beberapa di antaranya terpaksa meliburkan diri. Terpantau di SPBU Cijoho, petugas SPBU sudah memasang papan bertuliskan “Solar Habis” sejak pagi hari.
Hal serupa terjadi di SPBU Jalan Siliwangi, Cirendang, Manis Lor dan Bandorasa. Sejumlah kendaraan bermesin diesel yang ingin mengisi bahan bakar pun terpaksa memutar arah untuk mencari di SPBU yang lain, bahkan beberapa di antaranya terpaksa berhenti karena persediaan di tanki sudah sangat tipis. “Terpaksa truk pasir saya diparkirkan dekat SPBU karena persediaan solar di tanki sudah kosong,” kata Jaja, sopir truk pasir di SPBU Cijoho. Sementara itu mahasiswa memprotes rencana pemerintah menghapus subsidi BBM bagi pengguna kendaraan pelat hitam.
Protes dilakukan Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kota Bandung dengan menggelar teatrikal di halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, kemarin. Juru Bicara Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kota Bandung Mufid Dahlan mengatakan, aksi teatrikal itu agar pemerintah memahami rencananya akan sangat membebani rakyat. arif budianto/mohamad taufik/agung bakti sarasa
sumber:koran-sindo.com