
Hari ini tepat 15 tahun lalu, catatan kelam harus dilalui Indoensia. 12 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa besar-besaran menuntut lengsernya Presiden Soeharto berbuntut empat mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta tewas dan puluhan luka.
Tidak hanya itu, aksi yang awalnya hanya dikalangan mahasiswa menyulut kerusuhan lebih luas. Masyarakat turun ke jalan menjarah berbagai tempat perbelanjaan. Toko-toko dijarah kemudian dibakar. Parahnya pristiwa tersebut tidak hanya di Jakarta namun hampir di Kota Besar di Indonesia
“Saya waktu kejadian masih SMP di Cirebon. Pada saat itu toko-toko di Cirebon tutup dan dituliskan ‘Ini toko Muslim’, ‘Ini toko pribumi’, hal itu untuk mengurangi penjarahan,” kata salah satu aktivis sekaligus mahasiwa Paramadian Jakarta, A.S. Sabilurrasad, Minggu (12/5).
Dia menilai, kondisi di daerahnya waktu itu tidak seberapa jika dibanding dengan Jakarta. Selain adanya larangan mahasiswa demo ke jalan, suasana tambah mencekam dengan disiagakannya pasukan militer senjata lengkap, diberbagai kampus dan tempat strategis.
Akibatnya, protes mahasiswa memuncak dan hari ini dinilainya sebagai tonggak perjuangan. Meski demikian, dia berharap, dengan adanya kejadian tersebuut, sebuah pelajaran berharga dapat diambil untuk semua. Sehingga kedepan tidak terjadi kembali hal serupa.
“Saya hanya berharap, militer harus kembali ke barak dan tidak boleh terlibat urusan politik,” pungkasnya. (**)
sumber:fokusjabar.com