Sebanyak dua ratus ribu warga Bangladesh pada Senin ini turun ke jalan untuk berunjuk rasa menuntut hukuman mati bagi kaum atheis. Namun unjuk rasa yang dilakukan oleh kelompok Hefajat-e-Islam, itu berakhir ricuh dengan baku hantam dengan pihak polisi.
Dilansir laman Dailymail, Senin 6 Mei 2013, akibat kerusuhan dalam unjuk rasa tersebut, sebanyak 32 orang dilaporkan tewas. Sedangkan ratusan orang lainnya termasuk para wartawan yang tengah meliput peristiwa itu, mengalami luka.
Sebagian korban tewas dilaporkan berada di pusat ibukota Dhaka. Sementara tiga lainnya tewas di kota Kanchpur di luar kota Dhaka
Menurut Inspektur Polisi kota Dhaka, Mozammel Haq, korban tewas kemudian dibawa ke tiga rumah sakit yang berbeda, antara lain ke Dhaka Medical College dan Al Baraka Hospital. Enam dari 10 korban tewas dilaporkan meninggal akibat ditembus timah panas polisi di bagian kepala.
Peluru Tajam
Namun polisi bersikeras hanya menggunakan peluru karet untuk membubarkan massa. Kendati menyangkal, beberapa saksi dan media lokal yang berada di lapangan menepis pernyataan polisi tersebut.
Mereka melihat dengan mata kepala sendiri banyak polisi yang menembakkan peluru tajam kepada para demonstran. Unjuk rasa yang berlangsung pada Senin pagi tadi bermaksud untuk menuntut hukuman mati bagi pelaku tindak penistaan agama.
Selain itu mereka juga menuntut pemisahan yang lebih besar antara kaum wanita dan pria serta pendidikan agama Islam yang lebih ketat.
Kericuhan bermula ketika polisi mencegat 20 ribu pengunjuk rasa yang datang dari pusat distrik komersial di Dhaka. Saat itu polisi mulai menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan kerumunan massa.
Sementara para demonstran dari kelompok fundamentalis Hefajat-e-Islam memblokir enam jalan di kota itu dan semua angkutan yang melintas di sana. Beberapa di antara mereka mulai membakar toko dan kendaraan yang ada di sekitarnya.
Setidaknya 13 kendaraan dilaporkan hangus dibakar massa. Ketegangan semakin menjadi ketika polisi balik menyerang massa dan melempari mereka dengan batu. Kericuhan akhirnya meluas hingga di pusat ibukota Dhaka.
Polisi pun turun ke jalan menggunakan kendaraan berat untuk memukul mundur pengunjuk rasa. Kendati massa rela bertikai dengan polisi, namun pemerintah Bangladesh menolak semua tuntutan dengan mengatakan bahwa negara yang mayoritas dihuni kaum muslim itu tunduk kepada sistem hukum liberal sekuler.
Kendati begitu beberapa pemimpin kelompok itu tidak menyerah. Mereka mengancam pemerintah akan melakukan kampanye untuk menggulingkan pemerintahan yang saat ini berkuasa apabila tuntutan mereka tidak dipenuhi. (adi)
sumber:viva.co.id