Tidak ada yang menyangka jika Unit Kegiatan Mahasiswa Kabumi UPI mementaskan kesenian tradisional dengan memadukan angklung dan akting dalam drama musikal anak bertajuk Malam Sabtu Budi.
Musik liveyang disuguhkan ini tidak dengan iringan orchestrayang menggunakan peralatan modern, tapi orchestradengan iringan musik angklung. Kabumi UPI memang ingin mengangkat pamor angklung agar bisa dikenal luas masyarakat, khususnya anak muda yang kini banyak memilih untuk mengikuti perkembangan kesenian modern ketimbang sekadar mendengar lagu-lagu daerah. Kesenian yang ditampilkan mahasiswa UPI ini mampu memberikan alternatif pertunjukkan angklung dengan konsep berbeda.
Keindahan suara angklung begitu unik ketika dikombinasikan dengan drama musikal ini. Kabumi UPI ini memang gencar memperkenalkan angklung untuk dikenal generasi muda. Hal itu sudah dimulai sejak 1985. Tidak saja di Indonesia, tapi juga Asia Tenggara, Eropa, dan Afrika. Ketua umum Kabumi atau dikenal dengan istilah Lurah, Imam Bahari Raharja, mengaku berbagai hasil karya Kabumi ini dilakukan untuk menyosialisasikan angklung dengan konsep yang lebih segar. Dengan cara ini, diharapkan akan semakin banyak yang tertarik untuk menekuni angklung.
“Tidak ada yang salah dengan mengikuti perkembangan zaman, tapi jangan pernah melupakan apa yang kita miliki. Kalau milik kita hilang, jangan menyalahkan orang lain karena kita sendiri yang tidak menjaganya,” kata Imam. Mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Fisika ini mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya kesenian. Dijelaskan dia, seharusnya orang Indonesia becermin dari pengalaman yang lalu. Ketika batik dan angklung dicaplok sebagai milik bangsa lain. Ini jadi cambuk jika Indonesia sebagai pemiliknya, maka masyarakatnya harus menjaganya.
“Tidak harus angklung, tapi setiap mahasiswa daerah harus menunjukkan keseniannya masing-masing sehingga nantinya masyarakat dunia akan kenal dengan kekhasan kita. Jangan malu, ini yang kita miliki. Jangan juga hanya berdiam. Tidak harus jadi pemain, tapi punya rasa memiliki kesenian daerah sendiri,” tuturnya. Sebagai generasi muda, mahasiswa perlu mengangkat karakter asli Indonesia setinggitingginya. Karena seni budaya merupakan amanat serta warisan yang harus dijaga.
Untuk itu, sekelompok anak muda ini terus berusaha memopulerkan angklung, salah satunya mengadakan lomba angklung tingkat SD hingga SMA yang rutin dilakukan dua tahun sekali. Bukan hanya angklung, gamelan, dan tarian juga menjadi garapan Kabumi. Setiap anggotanya bebas memilih bidang yang ingin dipelajari. UKM terfavorit UPI ini tak hanya menciptakan seniman-seniman andal dibidangnya, tetapi juga mampu menjadi penampilan dan menggarap pertunjukkan yang menarik.
Namun, bagi Anda yang ingin bergabung dengan kesenian ini, tidak terlalu sulit, meski ada seleksi ketat. Dalam proses seleksinya, selama 3 bulan calon anggota Kabumi digembleng. Mereka melalui serangkaian tahap seleksi, mulai tes bakat hingga wawancara. Namun, kata Imam, yang terpenting adalah keinginan mereka untuk belajar kesenian tradisional.
“Ada yang berbakat dan bahkan nggakbisa apaapa sama sekali. Bakat hanyalah modal awal, seandainya nol banget pun tidak masalah. Akan tetapi, jika kami tahu bakat mereka (anggota bar), tentunya lebih mudah diarahkan,” ujarnya. Kabumi merupakan wadah berkesenian dan berapresiasi.
Mereka juga mengakui jika masih banyak kesenian yang sejenis yang lebih baik dari pertunjukan yang mereka suguhkan. Untuk itu, mereka berusaha untuk terus lebih baik. masita ulfah
sumber+foto:koran-sindo.com