Korban tewas runtuhnya gedung Rana Plaza, yang ambrol pada 24 April lalu telah menembus angka 700 orang. Pejabat berwenang dan tim penyelamat masih terus melalukan pencarian terhadap korban reruntuhan gedung setinggi delapan lantai itu pada Selasa kemarin.
Kantor berita CNN, Selasa 7 Mei 2013, menyatakan tim penyelamat hingga saat ini berhasil menyelamatkan lebih dari 2.400 buruh yang bekerja untuk lima pabrik garmen di gedung itu. Sementara jumlah korban tewas menurut informasi pejabat berwenang, Jitendra Kumar Nath, mencapai angka 705 orang.
Banyak orang masih memadati lokasi ambruknya gedung itu sambil berharap ada berita terbaru mengenai kerabat mereka. Mereka terlihat berkumpul di lapangan sebuah sekolah tempat petugas mengumpulkan jenazah yang baru ditemukan untuk diidentifikasi.
Proses identifikasi awal diakui oleh petugas medis agak sulit dilakukan mengingat kondisi jasad sudah membusuk. Sementara pihak kepolisian sudah menahan pemilik dan insinyur gedung itu pada 28 April lalu.
Pemilik gedung, Mohammed Sohel Rana, memerintahkan kepada para pekerja untuk tetap masuk bekerja kendati sehari sebelumnya sudah ditemukan retakan di gedung itu. Menurut hasil investigasi awal pemerintah mengungkap gedung itu ambruk karena peralatan berat dan generator kapasitas yang dipasang di sana.
“Selama proses investigasi, kami menemukan penggunaan bahan di bawah standar juga ikut berkontribusi terhadap ambruknya gedung,” ujar pemimpin tim investigasi ambruknya gedung Rana Plaza, Main Uddin Khandaker.
Industri garmen di Bangladesh sudah sejak lama menopang perekonomian negara itu. Total nilai industri garmen di sana mencapai US$20 miliar atau Rp195 triliun.
Beberapa perusahaan garmen asing diketahui mendapat pasokan baju dari negara itu. Hal itu disebabkan mereka dapat memberikan upah murah kepada para pekerjanya.
Namun pada akhir pekan kemarin pemerintah berjanji akan melakukan reformasi. Sebagai langkah nyata pemerintah bersama kalangan industri dan pekerja sepakat untuk memperbaiki keamanan bagi para pekerja dalam setelah bencana ini terjadi.
Pihak Uni Eropa juga mengancam akan memblokir kiriman produk Bangladesh ke beberapa negara anggotanya, apabila tidak segera mengambil langkah nyata untuk memperbaiki sistem keamanan dan keselamatan pagi para pekerjanya. (adi)
sumber+foto:vivanews