Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya menggelar rapat bencana longsor di kawasan pertambangan PT Freeport Indonesia, Senin 20 Mei 2013. Ini merupakan rapat pertama Presiden pasca longsornya tambang emas bawah tanah Big Gossan di Tembagapura, Papua, pada Selasa 14 Mei.
Rapat dadakan itu dihadiri Menteri Tenaga Kerja dan Tranmigrasi Muhaimin Iskandar, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif, dan Kepala Badan SAR Nasional Mayor Jenderal TNI Marinir Alfan Baharuddin, Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan Menteri Energi Jero Wacik.
“Hari ini kami memberikan laporan tentang kondisi terakhir,” ujar Muhaimin di kantor Presiden, Jakarta.
Usai rapat, SBY mengatakan bahwa proses evakuasi korban diharapkan selesai dalam waktu paling lambat dua hari ke depan. Ukuran penuntasan proses pencarian korban, yaitu adanya kepastian mengenai nasib 38 korban.
“Yang masih bisa diselamatkan ya diselamatkan, dan kalau memang sudah tidak bisa diselamatkan, tentu dievakuasi dengan baik,” kata SBY.
SBY, katanya, terus memantau perkembangan evakuasi korban yang tertimbun reruntuhan terowongan bawah tanah itu. SBY mengaku berbicara langsung dengan Direktur Utama PT Freeport Indonesia Rozik B Soetjipto dan tim Basarnas. “Mereka langsung melaporkan kepada saya,” katanya.
Sampai saat ini SBY menerima laporan bahwa ada 14 orang yang sudah tidak dapat diselamatkan atau meninggal dunia akibat musibah longsor Freeport itu. Sementara 10 orang lainnya berhasil diselamatkan, dengan kondisi 5 orang baik dan 5 lainnya dalam perawatan intensif.
Korban itu antara lain Retno Arung Bone, Artinus Magal, Hengky Ronald Hendambo, Aris Tikupasang, Victoria Sanger, Mateus Marandof, Selpianus Edowai, Yapinus Tabuni, Aan Nugraha, Joni Tulak, Rooy Kailuhu, Makmur, dan Petrus Rangko.
PT Freeport Indonesia secara terpisah mengatakan, total ada 13 korban tewas yang jasadnya telah berhasil dievakuasi dari reruntuhan terowongan Big Gossan. Sementara 10 korban lainnya ditemukan dalam kondisi hidup. Lima di antara korban yang ditemukan selamat kini dirawat di Tangerang karena membutuhkan perawatan intensif.
“Sisanya masih tertimbun di lokasi,” kata Muhaimin. Menurutnya, saat ini para ahli baik dari dalam maupun luar negeri sedang berkonsentrasi untuk menyelamatkan sisa korban lewat teknik pengiriman oksigen dari luar ke dalam reruntuhan terowongan.
Terjebak di kedalaman 500 M
Proses evakuasi karyawan yang tertimbun hingga hari keenam masih terus dilakukan. Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia, Daisy Primayanti menjelaskan longsor terjadi di fasilitas pelatihan seluas 5×10 meter dengan kedalaman 500 meter dari atas permukaan tanah.
Saat longsor pertama terjadi, sekitar 38 orang sedang berada di ruangan tersebut. Sekitar 10 orang selamat, karena saat longsor terjadi mereka terperangkap dan tim berhasil membuka daerah longsoran dengan peralatan manual.
Namun, nahas, longsoran susulan kembali terjadi akibat kondisi tanah yang belum stabil dan membuat sisanya tertimbun oleh tanah longsor.
“Awalnya yang longsor itu ruangan seluas 15 meter persegi, namun terjadi longsor susulan sehingga satu ruangan seluas 5×10 meter atapnya roboh semua tertimpa batuan,” kata Daisy saat dihubungi VIVAnews.
Tim evakuasi menunggu tanah stabil terlebih dahulu sambil membuat penyangga terowongan agar tidak kembali longsor. Alat berat baru bisa masuk pada hari ketiga setelah tanah stabil dan penyanggah terpasang kokoh.
Akses menuju daerah longsoran, menurut dia, dari arah barat jalan selebar 2-3 meter dan arah timur yang sedikit lebih luas. “Pada hari Jumat, sekitar dua alat berat mulai masuk, makanya korban lebih banyak ditemukan,” katanya.
Ia menegaskan, Freeport Indonesia tidak akan berhenti untuk mencari korban hingga seluruhnya ditemukan. “Ini masalah kemanusiaan dan kami tidak akan berhenti hingga seluruh keluarga korban mendapatkan kepastian,” katanya. (sj)
sumber+foto:vivanews