Meski kebutuhan sarana transportasi udara untuk korporasi atau grup terus mengalami peningkatan, namun tercatat tidak kurang dari 56 pesawat jet pribadi yang ada di Indonesia belum dapat dilayani dengan baik.
Sebabnya, hingga saat ini belum ada satu pun terminal jet pribadi di Indonesia yang dapat mengakomodir layanan terhadap para pemilik pesawat tersebut.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, maka pada akhir September mendatang Bandung akan memiliki Bandung Jet Terminal (BJT) yang bernaung di bawah Bandung Internasional Aviation (BIA) .
Demikian disampaikan General Manager Bandung Jet Terminal (BJT), Iwan Ridwan kepada wartawan di D’palm, Jln. Lombok, Bandung, Rabu (26/6/2013).
“Bandung dipilih karena adanya sejumlah kelebihan yang dimiliki oleh Bandara Internasional Husein Sastranegara, di antaranya keberadaan hanggar. Selain itu, dalam sebulan, tidak kurang dari sekitar 15 penerbangan yang menggunakan pesawat jet pribadi pada bandara tersebut,” katanya.
Selain memberikan fasilitas pelayanan jet pribadi yang terpisah dengan penerbangan komersil, keberadaan BJT akan mencakup pengurusan bagasi, CIQ (Custom Immigration Quarantine), private lounge, ruang pertemuan standar internasional, pelayanan limosin, dan akomodasi untuk pelanggan serta awak pesawat.
“Selain itu, saat ini kami juga tengah membangun fasilitas di area apron dan hanggar yang mampu menampung sekitar 15 pesawat jet pribadi untuk digunakan sebagai area parkir dan pemeliharaan pesawat,” kata Iwan.
Ia juga menjelaskan, pada KTT APEC Oktober mendatang, tidak sedikit delegasi yang akan menggunakan pesawat jet pribadi untuk menuju Bali.
Sedangkan Bandara Internasional Ngurah Rai tidak memiliki fasilitas pelayanan untuk jet pribadi. Maka keberadaan BJT akan sangat penting pada momen tersebut.
“Dengan keberadaan terminal jet di Bandung, maka sejumlah delegasi akan diturunkan dahulu di Bandara Internasional Ngurah Rai, lalu kemudian pesawat jet pribadinya akan disimpan di BJT dan kembali ke Bandara Internasional Ngurah Rai setelah delegasinya selesai mengikuti KTT APEC,” kata Iwan.
Ia berharap, BJT akan membantu pelayanan terhadap sejumlah delegasi pada KTT APEC.
“Memang belum ada kepastian mereka akan menggunakan BJT. Akan tetapi, karena satu – satunya terminal jet pribadi hanya di Bandung dan sejumlah pembicaraan juga mengarah terhadap hal tersebut. Maka kemungkinan besar BJT yang akan dipergunakan,” kata Iwan.
Menurutnya, potensi bisnis terminal jet pribadi cukup menjanjikan, berdasarkan pengamatannya, tidak kurang dari 15 pesawat pribadi yang melakukan penerbangan ke Bandung.
“Di Singapura saja, pelayanan untuk setiap pesawat pribadi yang masuk terminal khusus berada pada kisaran 2000 Dolar Singapura/pesawat atau sekitar Rp 15,8 juta/pesawat. Hal tersebut baru seputar pelayanan saja, belum termasuk isi bensin dan sebagainya,” katanya.
Hal ini juga didukung oleh fakta yakni pada 9 tahun terakhir, rata – rata pertumbuhan penumpang udara di Indonesia berada pada kisaran 12,7 persen/tahun dan lebih tinggi dibandingkan rata – rata pertumbuhan penumpang udara di dunia yakni 5 persen/tahun.
Pergerakan penumpang pada tahun ini pun diperkirakan mencapai 100 juta orang dan berdasarkan data PT Angkasa Pura II, tercatat rata – rata 2600 penumpang domestik dan 1100 penumpang internasional yang setiap harinya menggunakan fasilitas di Bandara Internasional Husein Sastranegara. (A-207/A-89)***
sumber:pikiran-rakyat.com