Negeri Sakura menghargai tinggi tenaga perawat yang bekerja di sektor medis. Tidak tanggung-tanggung, gaji yang diberikan kepada perawat berkisar dari Rp17,5 juta hingga Rp20 juta per bulan.
Hal itu diungkap oleh Kepala BNP2TKI, Jumhur Hidayat, usai melepas 156 kandidat perawat Indonesia yang akan bekerja di Jepang di kediaman Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yoshinori Katori, Selasa 25 Juni 2013.
“Mereka yang bekerja di RS di Jepang itu digajinya besar. Sebagai gambaran gaji standar perawat di sana tidak termasuk lembur itu Rp17,5 juta hingga Rp20 juta. Jam kerja mereka sama seperti di sini, idealnya bekerja selama delapan jam dan terdapat dua hari libur,” ungkap Jumhur.
Namun digaji dengan nilai sebesar itu tentu membutuhkan kualifikasi yang sama tingginya. Contohnya 156 kandidat perawat asal Indonesia yang akan bertolak ke Jepang malam ini, selain diwajibkan memiliki kemampuan dasar di bidang keperawatan, mereka juga wajib menguasai Bahasa Jepang.
Sebagai bentuk seleksi, akan ada ujian untuk menentukan kemampuan berkomunikasi mereka. Pemerintah Jepang, disebut Jumhur, juga mewajibkan para perawat untuk memiliki sertifikasi.
Oleh sebab itu mereka wajib lulus ujian kompetensi yang diadakan oleh pemerintah negeri Sakura. Jumhur mengatakan kebanyakan perawat yang dikirim dari Indonesia masih muda, sehingga mereka kerap bekerja lebih dari jam yang ditentukan.
“Mereka sering lembur dan bisa bekerja hingga 14 jam. Selain itu jumlah tenaga perawat di sana kan terbatas, sehingga mereka kerap bekerja lebih dari batas yang ditentukan. Tapi semua sesuai dengan aturan main,” ujar Jumhur.
Jumhur mengaku tidak terlalu khawatir dengan kondisi penempatan TKI di Jepang, karena selama ini belum pernah terdengar ada kasus di mana hak-hak para TKI tidak dipenuhi oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Perlakuan terhadap tenaga kerja dikatakan Jumhur sangat baik dan berperikemanusiaan.
“Di sana serikat buruhnya sangat kuat. Pemerintah pun juga berkomitmen untuk melindungi tenaga kerjanya. Sehingga apabila ada yang menganggu, maka pemerintah akan segera bertindak menegakkan keadilan. Tidak harus menunggu,” kata dia.
Program pengiriman tenaga perawat Indonesia ke Jepang sudah berlangsung sejak tahun 2008 silam melalui kerangka EPA. Tahun 2013, pemerintah berhasil menyeleksi 156 calon tenaga perawat untuk bekerja selama tiga tahun di sana.
Dari 156 tenaga perawat itu, terbagi ke dalam dua kategori yaitu perawat di RS sebanyak 48 kandidat dan 108 kandidat perawat lansia atau lazim disebut caregiver. Sebelum berangkat ke Jepang, para kandidat perawat ini sudah diberikan pembekalan berupa pelajaran Bahasa Jepang selama enam bulan di Indonesia.
Kemudian akan dilanjutkan kembali pelatihan bahasa selama enam bulan di kota Osaka, Jepang. Dubes Katori mengatakan program ini dapat dimanfaatkan sebagai jembatan untuk terus memperkuat hubungan bilateral kedua negara.
sumber+foto:vivanews