Berusaha mempertahankan formasinya, mahasiswa berupaya melawan reaksi petugas. Setelah beberapa saat terjadi aksi kejar-kejaran, pihak kepolisian mendorong mundur mahasiswa ke arah Universitas Islam Bandung (Unisba).
“Petugas membubarkan kami secara paksa. Padahal, kami telah menempuh prosedur untuk melakukan aksi unjuk rasa menentang kenaikan harga BBM bersubsidi,” ucap Presiden Mahasiswa BEM IT Telkom, Aril Wahyu saat dijumpai pada sela aksi, di Jalan Ir H Djuanda.
Ia menuturkan, aksi unjuk rasa tersebut merupakan bentuk eksistensi mahasiswa dalam menyuarakan aspirasi masyarakat. Pihaknya menilai, dengan menaikkan harga BBM bersubsidi, presiden dan mayoritas anggota DPR RI telah melakukan tindakan zalim terhadap rakyat.
Lantaran kenaikan BBM bersubsidi, harga pokok ikut meningkatkan. Keberadaan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) pun tidak akan menolong apapun bagi pihak penerima.
“Kenaikan harga bahan pokok sebagai dampak kenaikan BBM, tidak sebanding dengan besaran BLSM, Rp 150 ribu per bulan,” tuturnya.
Aril menilai, penyaluran BLSM merupakan bentuk pembodohan dan penghinaan bagi masyarakat. Dengan BLSM, pemerintah mensetting masyarakat untuk mengantre dan saling berdesakan. Bahkan, bisa saja, kondisi antre masyarakat untuk mendapatkan BLSM berakhir dengan kericuhan.
Disinggung mengenai kepastian pemerintah tetap menaikan harga BBM bersubsidi, Aril menuturkan, tidak membuat mahasiswa patah arang. Pihaknya tetap melakukan aksi serupa, sampai pemerintah kembali menurunkan harga BBM ke harga semula.
“Kami mahasiswa, petani, masyarakat bersatu menentang kesewenang-wenangan pemerintah,” ujarnya.
Pada aksi tersebut, mahasiswa melakukan long march dari ITB menuju Dago atas. Di sana, mahasiswa sempat memblokade ruas jalan. Setelah itu, mahasiswa bergerak kembali ke arah Cikapayang.
Aksi unjuk rasa itu berakhir di Cikapayang. Sempat terjadi aksi kejar-kejaran, petugas melokalisasi pengunjuk rasa di kawasan Universitas Pasundan, Jalan Tamansari. (A-206/A_88)***
suumber+foto:pikiran-rakyat.com