Curah hujan yang terus turun, juga menyebabkan medan perkebunan menjadi sulit dilalui kendaraan pengangkut tebu, sehingga pabrik gula (PG) kesulitan bahan baku.
Menurut Ketua DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat, H Anwar Asmali, penurunan produksi gula mencapai 25 % dari tahun-tahun sebelumnya.
“Biasanya tingkat rendemen tebu di Cirebon mencapai 7,5. Namun akibat anomali cuaca, rendemen turun hanya 6,1-6,2,” ujar Anwar yang didampingi Sekretaris APTRI Haris Sukmawan Jumat (12/7/2013).
Anwar Asmali yang juga caleg DPR RI dari PDIP Dapil 8 Jabar mengungkapkan, akibat kesulitan bahan baku, PG yang ada di wilayah Cirebon, sering berhenti operasi.
“Sehari giling, sehari stop begitu seterusnya,” katanya.
Anwar kembali menegaskan perlunya revitalisasi pabrik, untuk meningkatan produksi gula. “Dalam kondisi seperti saat ini, rendemen turun dan bahan baku sulit, upaya revitalisasi pabrik sangat sangat mendesak untuk dilakukan,” katanya.
Selain revitalisasi, Anwar juga mengusulkan, agar selama bahan baku sulit, satu dari tiga PG yang ada tutup dulu sementara.
“Misalnya sementara PG Karangsuwung yang lokasinya di tengah tutup sementara, untuk memberikan kesempatan PG Tersana Baru dan PG Sindanglaut maksimal berproduksi,” kata Anwar.
Menurut Haris Sukmawan akibat cuaca ekstreme PG Tersana Baru yang memiliki kapastias giling sebanyak 30.000-34.000 ton, hanya bisa terpenuhi 15.000-17.000 ton, itupun setelah beberapa hari libur berproduksi.
“Kalau sampai semua pabrik gula sering berhenti produksi, otomatis menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Menurut kami, lebih baik 1 pabrik berhenti sementara, untuk memberikan kesempatan kepada dua pabrik lainnya maksimal memproduksi gula,” ujarnya. (pikiran-rakyat)***
