Wisata Religi di Candi Cangkuang

by -289 views

cankuangLiburan ke Garut tidak selalu untuk wisata belanja dan kuliner. Pergilah ke Candi Cangkuang, di sana traveler bisa berwisata religi dan melihat Alquran yang ditulis di atas kulit kayu.

Candi Cangkuang terletak di Garut, atau lebih tepatnya di Kecamatan Leles, Kampung Pulo. Pemandangan menuju Kampung Pulo juga lumayan indah. Anda akan melewati pesawahan yang hijau dan sungai kecil yang mengalirkan air jernih.

Begitu sampai, kami parkir kendaraan di depan sebuah rumah makan. Dari sana, kami masuk ke kawasan wisata dan membayar biaya masuk sebesar Rp 3.000 per orang. Karena pagi itu cukup sepi, kami tidak langsung menyeberang ke lokasi candi, melainkan mengobrol terlebih dahulu di pinggir danau.

Candi Cangkuang sendiri diambil dari nama desa tempat candi ini berada. Candi Cangkuang merupakan salah satu cagar budaya. Candi ini berlokasi di sebuah daratan di tengah danau kecil atau kalau orang sunda lebih sering menyebutnya ‘Situ’.

Nah, untuk mencapai candi, kami harus menyeberang dengan menggunakan sebuah rakit. Akhirnya setelah menunggu, beberapa rombongan lain datang untuk menyeberang. Dengan begitu, biaya untuk menyeberang bisa dibagi rata dan menjadi jauh lebih murah.

Baca Juga:  Bangunan SMA Negeri di Sukabumi ambruk

Satu rakit untuk menyeberang dihargai Rp 80.000. Untungnya seorang bapak dari rombongan menawar dan kami akhirnya hanya membayar Rp 6.000 per orang. Setelah menyeberang ke candi, kami melewati jajaran penjual suvenir sebelum memasuki area candi.

Ada pedagang yang berjualan makanan, baju dengan gambar Candi Cangkuang, lukisan, ukiran kayu dan beberapa jenis suvenir lainnya, untuk dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan yang datang.

Dari danau kecil, saya melewati 7 rumah yang kemudian diketahui adalah rumah adat Kampung Pulo. Sebetulnya hanya ada 6 rumah dengan 1 musala kecil. Rumah-rumah ini berbentuk rumah panggung, sangat khas tatar sunda.

Menyusuri jalan berbatu akhirnya kami sampai di Candi Cangkuang. Candi ini cukup kecil, jangan dibayangkan seperti Candi Prambanan atau Candi Borobudur. Sebelum memutar untuk melihat candi dari dekat, saya melewati sebuah makam.

Berdasarkan informasi yang tertera pada papan, makam itu adalah makam Embah Dalem Arif Muhammad. Candi Cangkuang mungkin berukuran sekitar 4×4 meter, dengan tinggi puncak atap candi 8 meter.

Baca Juga:  Sejumlah Akses Jalan di Jakarta Terputus

Atap candi tersusun seolah membentuk segitiga, seperti piramid. Terdapat sebuah tangga kecil di pintu masuk ke bagian dalam candi. Tapi sayangnya kita tidak bisa masuk karena akses masuk telah dipasangkan terali besi yang terkunci.

Di dalam candi terdapat sebuah Arca Siwa. Informasi yang saya dapatkan dari sebuah museum di sana menyebutkan, bahwa Candi Cangkuang ditemukan kembali pada tahun 1966.

Saat memasuki museum, saya mendengar percakapan penjaga museum dan seorang bapak. Mereka berkata bahwa jumlah rumah di Kampung Pulo ini sesuai dengan anak Mbah Dalem Arif Muhammad.

Oleh karena itu, Kampung Pulo memiliki 6 buah rumah adat. Konon katanya, jumlah rumah tersebut tidak boleh ditambah atau dikurang, juga tidak boleh lebih dari 6 kepala keluarga. Di dalam museum ada banyak benda peninggalan pada masa kerajaan dulu.

Ada Al Quran yang ditulis di atas kertas yang terbuat dari kulit dan kayu. Di sana juga ada foto-foto saat pemugaran Candi Cangkuang dari tahun ke tahun. Di bagian lain juga ada beberapa foto orang dan juga lukisan Mbah Dalem Arif Muhammad.

Baca Juga:  Cicipi Ketupat Sotong ala Terengganu

Setelah puas berkeliling lokasi candi dan sekitarnya, saya dan teman-teman memutuskan untuk kembali ke Bandung. Sayangnya saat menaiki rakit menuju ke seberang untuk pulang, tiba-tiba hujan mengguyur lagi dengan derasnya.

Dalam perjalanan pulang, kami sengaja melewati jalur lingkar Nagreg. Terakhir kali saya kemari, jalanan ini baru rampung dikerjakan karena mengejar libur Lebaran, kondisinya cukup menyeramkan.

Tapi kemarin rasanya semua infrastruktur sudah diperbaiki dan pemandangan di sana juga cukup bagus, melewati pegunungan. Namun tentunya tetap diperlukan kehati-hatian yang ekstra.

Sumber: Detik.com

About Author: Damar Alfian

Gravatar Image
Damar Alfian adalah seorang penulis dan kontren kreator di Bandung, Jawa Barat. Dia juga sebagai kontributor di beberapa media online.